Wednesday, April 16, 2008

Pelemparan Bom Molotov Kriminal Murni

Kapolda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Susno Duadji mengatakan kasus pelemparan bom molotov di Kantor DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Bandung adalah murni kriminal biasa.

"Kasus itu murni kriminal biasa," kata Susno Duadji di Bandung, Selasa (15/4).

Menurut Kapolda, berdasarkan hasil pemeriksaan atas tersangka Didin, warga RT 04/07, Kampung Cinangka, Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, pelemparan bom molotov tersebut, karena sakit hati jagonya kalah dalam Pilgub Jabar.

Tersangka juga kesal karena diolok-olok oleh rekannya sekampung karena jagonya kalah.

"Pendeknya aksi pelemparan bom molotov yang terjadi di Kantor DPD PKS Kabupaten Bandung, Senin (14/4), merupakan aksi spontan pelaku yang emosi terhadap calonnya yang kalah setelah pencoblosan Pilgub Jabar, Minggu (13/4) lalu," ujar Kapolda seperti dikutip Antara.

Namun demikian, tersangka tidak menyebutkan pasangan mana yang didukungnya. "Penyidik Satreskrim masih melakukan penyidikan dan pelaku masih terus dimintai keterangan di Mapolres Soreang Bandung," jelas Kapolda.

Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengharapkan hasil Pilkada Jawa Barat disikapi secara demokratis. "Sikap demokratis itu sendiri adalah menghormati hak dan kedaulatan rakyat yang telah memilih pemimpinnya. Oleh karenanya jika ada upaya sabotase berarti telah mensabotase kedaulatan rakyat," kata Hidayat di Gedung DPR/MPR, kemarin (15/4).

Mantan Presiden PKS ini menenggarai adanya upaya sabotase terhadap hasil pilkada Jabar dengan adanya upaya pelemparan bom Molotov di Kantor DPD PKS Bandung dan peredaran selebaran gelap berisi fitnah. Karena itu, dia mendesak aparat keamanan serius menangani upaya-upaya sabotase tersebut.

"Aparat keamanan perlu mewaspadai hal ini, jangan sampai kecurangan-kecurangan seperti itu terjadi jelang pemilu 2009 ini," tegas Hidayat.

Hasil penghitungan suara KPUD Jawa Barat hingga Selasa (15/4) sore pukul 18.00 WIB menunjukkan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (Hade) masih menduduki urutan teratas dengan perolehan 2.088.898 suara (39,46%). Urutan kedua ditempati Agum Gumelar-Nu`man Abdul Hakim (Aman) memperoleh 1.822.989 suara (34,43%) dan urutan ketiga pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana (Da`I) memperoleh 1.382.152 suara (26,11%).

Ketua KPU Jabar Setia Permana, kembali mengimbau kepada semua masyarakat agar tidak perlu terpancing dengan isu-isu perolehan suara dari quick-count (penghitungan cepat), karena penghitungan suara yang sah hanya ditetapkan oleh KPU Jabar.

Dia juga mengingatkan kepada pasangan yang “merasa menang” melalui pengitungan cepat agar bisa menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas perayaan sebagai wujud toleransi kepada pasangan lain.

“Bila opini ini dibiarkan nanti masyarakat bingung siapa yang sebenarnya berwenang menentukan hasil suara,” kata Setia di Kantor KPU Jabar, Selasa (15/4).

Di Depok, sebanyak 54 persen dari total 957.732 pemilih tidak memberikan suaranya dalam Pilkada Jabar, Minggu (15/4) lalu. “Dari 957.732 daftar pemilih tetap hanya 46 persen warga yang menggunaan hak pilihnya,” kata Anggota komisi C DPRD Depok Rintisyanto.

Sekretaris Komisi A DPRD Depok, Qurtifa Wijaya mengatakan banyaknya pemilih golput di Depok karena kurangnya sosiaisasi KPUD setempat. (Argus Firmansah/Rhama Deny/Fauzan Hilal/Jurnal Nasional)

No comments: