Saturday, March 29, 2008

Kampanye Danny-Iwan Tinggalkan Sampah Kampanye

Ribuan ibu-ibu mengenakan kaos dukungan pasangan calon Danny-Iwan (Da’I) memenuhi Lapangan Gasibu, Bandung, hari Jum’at (28/3) sejak pukul 08.00 WIB. Massa pendukung yang kebanyakan adalah ibu-obu dengan kaos nomor urut 1 itu datang berduyun-duyun setelah mengikuti acara Jalan Sehat 2008 yang diselenggarakan Tim Sukses Da’I.

Kampanye perdana pasangan Da’I dimulai sejak pukul 08.00 pagi dengan mengunjungi tempat peristiwa rubuhnya bangunan kelas Sekolah Dasar (SD) Pasundan 3, Jl. Babakan Ciparay, Kota Bandung. Usai melihat puing-puing yang rubuh Da’I mengunjungi rumah sakit Rajawali Bandung, untuk menengok 20 siswa yang luka-luka akibat tertimpa bangunan sekolah.

Iring-iringan Da’I kemudian meluncur ke Lapangan Gasibu Bandung dimana ribuan pendukung sudah menunggu usai melakukan kegiatan Jalan Sehat 2008. para simpatisan disuguhi hiburan dari artis-artis Jakarta dan Bandung dengan musik dangdut yang syairnya diganti menjadi ajakan mencoblos nomor urut satu.

Syair lagu dangdut pun diganti dengan syair ajakan mencoblos dan mengelu-elukan pasangan Da’I. Bila saja sang pencipta lagu dangut itu tahu syairnya diganti, mungkin dia akan mengadukan ke meja hijau karena pelanggaran hak cipta lagu dangdut.

Uu rukaman, Ketua DPD Partai Golkar (PG) Jawa Barat, mengatakan alasan PG memilih Daany-Iwan karena mereka sudah berpengalaman di Jawa Barat. “Kenapa memilih Da’I? Karena Jawa Barat maju, pendidikan gratis, daya beli terjangkau,” kata Uu Rukmana di hadapan ribuan massa.

Sementara itu masyarakat di Jawa Barat mengeluhkan harga kebutuhan pokok naik, angka kemiskinan meningkat 1,25%, bangunan sekolah dasar rubuh kemarin siang usai Rapat Paripurna Penyampaian Visi Misi dan Program Cagub dan Cawagub di Gedung DPRD Provinsi Jabar, Bandung, Kamis (27/3).

Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Barat juga mengimbau simpatisan partainya untuk memeberi dukungan pasangan Da’I. “Pilih pemimpin yang sudah jelas membangun Jawa Barat,” katanya Raden Adjeng Suharno.

Berbagai ajakan dan bualan tentang kehebatan figur pasangan Da’I diumbar di Lapangan Gasibu Bandung. Umbaran dan bualan tersebut juga dihadiri sekaligus didukung oleh artis-artis dari Jakarta yang aktif sebagai anggota partai. Sebut saja Nurul Arifin dari Partai Golkar dan Nurul Komar dari Partai Demokrat, serta artis lain yang turut juga dikontrak tim sukses untuk menghibur massa pendukung pasangan Da’I.

Menyanyikan lagu dangdut dengan syair bahasa Sunda dilakukan berulang-ulang oleh artis yang berlainan. Semnetara pasangan Da’I dan istri masing-masing hanya ikut bergoyang sambil sesekali mengajak simpatisan mencoblos nomor urut satu, nomor urut dua dan tiga jangan dicoblos katanya.

Para tokoh Jawa Barat yang naik ke atas pentas sama-sama menyampaikan dukungannya. Ibu Popong mengajak massa pendukung untuk memilih pemimpin yang “nyantri” (santri), “nyunda” (orang Sunda) dan “nyaaheun” (cinta) Jawa Barat.

Toleransi pada politik uang yang ditunjukan LSI di bandung beberapa waktu lalu, mayoritas adalah masyarakat Jawa Barat (khususnya etnis Sunda) cenderung permisif terhadap praktik politik uang. Hal itu disampaikan oleh Iman Suherman, peneliti utama dari Lembaga Survei Indonesia (LSI). Tesis itu juga dikuatkan oleh Budi Rajab, antropolog dan pengamat sosial (UNPAD).

Jawa Barat tidak butuh pemimpin import dari luar Jawa Barat. Kalimat itu seringkali diucapkan oleh orang-orang parpol dan tokoh Jawa Barat pendukung pasangan Da’I. Hal itu mengukakan isu rasial di dalam proses demokrasi Jawa Barat – Pilgub Jabar.

Pasangan Da’I yang dicitrakan sebagai figur santri di Jawa Barat menjadi paradoks ketika di tengah acara kampanye di Lapangan Gasibu digelar acara penyambutan pasangan Da’I dengan 20 penari yang berpakaian minim dan seksi (begitu juga gerakannya)

Sebelum acara kampanye di lapangan tersebut ditutup dilakukan simulasi pencoblosan baliho besar bertanda nomor urut 1 - gambar Danny-Iwan – oleh Solihin GP, sesepuh Jawa Barat dan Ibu Popong dengan disaksikan Danny Setiawan, Iwan R. Sulanjana, Uu Rukaman, R. Adjeng Suharno, dan tokoh-tokoh lainnya di hadapan ribuan massa pendukung.

Danny menyatakan keprihatiannya atas peristiwa tragis tersebut. “Seharusnya insiden itu sudah diatasi oleh pemerintah setempat jauh-jauh hari,” kata Danny Setiawan di jalan Diponegoro Bandung, usai berkampanye di Lapangan Gasibu Bandung.

Massa simpatisan Da’I yang berasal dari kabupaten Sumedang, Subang, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan daerah lain pun meninggalkan Lapangan Gasibu dengain naik angkutan kota, truk bak terbuka, sepeda motor dan berjalan kaki.

Sampah plastik sisa jajanan para simpatisan pun berserakan di Lapangan Gasibu dan sekitarnya. Pamflet dan stiker kampanye Da’I sisa sebaran tim kampanye dari helicopter sejak pukul 09.00 pagi tadi pun menambah tumpukan sampah di jalan Diponegoro-Surapati dan Lapangan Gasibu Bandung.

Usai kampanye Danny Setiawan (Gubernur Jawa Barat yang sedang cuti jabatan selama masa kampanye) dan Iwan R. Sulanjana (mantan Pangdam III Siliwangi) tinggal petugas kebersihan yang bekerja keras membersihkan sampah-sampah sisa kampanye pemimpin tertinggi Jawa Barat itu. “Capek sekali, mas. Sampahnya banyak sekali ini,” ujar salah seorang petugas kebersihan di bawah terik sinar matahari Jum’at siang di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro Bandung.

Friday, March 28, 2008

Adu ‘Taji” Visi Misi Cagub Jawa Barat

Suasana ruang sidang Paripurna DPRD Jawa Barat, Kamis (27/3) sedang ada perhelatan istimewa. Para calon gubernur negeri Sunda itu, akan tampil satu persatu di atas mimbar. Menyajikan argumennya di hadapan anggota DPRD Jawa Barat dan organisasi massa setempat.

Itulah, hari pertama tabuhan dimulainya proses pemilihan Gubernur Jawa Barat untuk priode 2008-2013. Acara yang digelar oleh KPUD Jawa Barat ini, agendanya mendengarkan penyampaian visi dan misi setiap calon yang akan berlaga memperebutkan kursi Gubernur.

Acara itu dibuka dengan pembacaan Ikrar Bersama yang dibacakan oleh Ketua DPD Partai Golkar, UU Rukmana. Ikrar bersama itu berisi consensus semua partai pendukung cagub dan cawagub untuk melaksanakan Pilgub Jabar secara demokratis dan damai.

Visi dan misi serta program 2008-2013 dari pasangan cagub dan cawagub Danny-Iwan (Da‘I) disampaikan oleh Danny Setiawan sendiri tanpa didampingi Iwan Ridwan Sulanjana. Danny memaparkan visi dan misi Jabar 2008-2013 secara terperinci setelah menyampaikan progress report pembanguan Jawa Barat lima tahun terakhir. Da‘ I meluncurkan program SUKSES 2013 di hadapan sidang.

SUKSES itu akronim dari Sejahtera Unggul Kondusif Selaras Efisien dan Akuntabel Sauyunan. Fokus program Da‘I adalah meningkatkan modal sosial dengan memberdayakan kearifan lokal untuk membangun Jawa Barat lebih baik.

Pasangan Agum-Nu‘ man (Aman) hanya menyampaikan visi berjudul Mewujudkan Jawa Barat Bersatu Untuk Ke Satu. Visi yang dibacakan langsung oleh Agum Gumelar banyak mengkritisi hasil pembangunan Jawa Barat pada masa Danny Setiawan dan pasangan Agum Gumelar sendiri, yaitu Nu‘man Abdul Hakim.

“Pemimpin yang baik adalah melanjutkan program terbaik dari pemimpin yang lalu, serta meninggalkan program yang buruk tanpa caci maki. Saya mohon do‘a restu, bukan dukungan karena dukungan harus dari hati nurani,” ujar Agum Gumelar

Visi dari pasangan H Ahmad Heryawan - H Dede Yusuf (Hade) adalah Membangun Jawa Barat Mandiri, Dinamis dan Sejahtera. Program yang tidak dipaparkan oleh pasangan Da‘ I dan Aman adalah pemberdayaan perempuan oleh Hade. Ibu sebagai pusat pendidikan generasi baru masyarakat Jawa Barat. Hal itu disampaikan Yusuf Macan Effendi setelah memaparkan 8 butir misi dan 11 program unggulan.

Sementara Rapat Istimewa Pengampaian Visi dan Misi dan Program Calon Gubernur dan wakil Gubernur Jawa Barat berlangsung terjadi aksi damai di depan Gedung Sate oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Jawa Barat yang menuntut Pilgub jabar 2008 menjadi ajang demokrasi rakyat, bukan kepentingan politik parpol.

Aksi tersebut bersamaan dengan pembagian kaos kampanye oleh tim sukses pasangan Ahmad-Dede (Hade) di jalan Diponegoro dari kendaraan kampanye pasangan Hade. Hal lain, persiapan kampanye pasangan Danny-Iwan (Da‘ I) yang akan dilaksanakan Jum‘ at (28/3) besok sudah terpasanga ribuan bendera Partai Demokrat disusul bendera Partai Golkar di lapangan sekitar Gasibu Bandung. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)

Wednesday, March 26, 2008

KPUD Jabar Umumkan Daftar Kekayaan Kandidat

Setia Permana, Ketua KPUD Jawa Barat, mengatakan bahwa daftar harta kekayaan semua kandidat sudah diverifikasi oleh KPK. Harta kekayaan itu dianggap perlu dipublikasikan kepada semua lapisan masyarakat oleh KPUD Jabar agar tercipta transparansi dalam proses Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2008.

KPUD Jabar menilai semua kandidat dari ketiga pasangan cagub dan cawagub mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh KPUD Jabar. Danny Setiawan, Iwan R. Sulanjana, Agum Gumelar, Nu’man Abdulhakim, Ahmad Heriawan, Yusuf Macan Effendi telah melaporkan daftar kekayaannya kepada KPK.

Enam kandidat itu adalah pejabat negara dan keenam kandidat itu sudah memberikan kuasa kepad KPUD Jabar untuk mengumumkan harta kekayaan masing-masing kepada masyarakat. Itulah sebabnya tak ada kandidat yang hadir dalam pengumuman harta kekayaan kandidat Pilgub Jabar 2008.

“Pengumuman ini diharapkan dapat menjadi pemahaman publik bahwa tiga pasangan calon sudah secara transparan melakukan proses ini kepada KPK,” kata Setia Permana di Aula KPUD Jabar, Bandung, Selasa (25/3) sore.

Pengumuman daftar harta kekayaan semua kandidat dibacakan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Pencalonan KPUD Jabar yaitu Affan Sulaeman. Berikut hasil audit KPK terhadap harta kekayaan kandidat meliputi Harta Tidak Bergerak (tanah dan bangunan), Harta Bergerak (alat transportasi, logam mulia), Surat Berharga, Giro dan Setara Kas lainnya, Piutang dan Hutang.

Total harta kekayaan Danny Setiawan per tanggal 5 Februari 2008 adalah sebesar Rp.8.953.932.249,00 Total harta kekayaan Iwan Ridwan Sulanjana per tanggal 1 Januari 2008 adalah sebesar 3.229.301.615,00 ditambah 13.000 Dollar AS.

Total harta kekayaan Nu’man Abdul Hakim per tanggal 25 Januari 2008 sebesar Rp.7.531.833.580 ,00 ditambah 5.000 Dollar AS. Total harta kekayaanAhmad Heryawan per tanggal 31 Desenber 2007 adalah Rp.1.861853.003,00 ditambah 72.000 Dollar AS. Total harta kekayaan Yusuf macan Effendi per tanggal 13 maret 2008 adalah Rp.13.300.506000,00 ditambah 10.000 Dollar AS.

Agum Gumelar memiliki harta kekayaan terbanyak daripada kandidta yang lain, yaitu sebesar Rp.27.073.932.334,00 dan 510.846 Dollar AS per tanggal 25 Februari 2008. harta kekayaan Agum Gumelar sebelumnya, per tanggal 28 Februari 2005 adalah Rp.11.053.050.000,00 ditambah 370.346 Dollar AS.

Survei LSI: Agum Gumelar Berpotensi Besar Untuk Menangkan Pilgub jabar 2008

Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan bahwa Pilgub Jabar 2008 berpotensi besar terhadap politik uang berdasarkan survei yang dilaksanakan LSI dari tanggal 9 - 12 Maret 2008 di Jawa Barat. Hal itu disampaikan Iman Suherman, peneliti utama dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Selasa (25/3) pagi di Ruang Nusantara - Hotel Mitra, Bandung.

Hasil survei LSI itu dimumkan dalam diskusi “Perilaku Politik Masyarakat Jabar”. Data LSI pun mendapat tanggapan kritis dari para wartawan dan tim sukses pasangan calon yang hadir dalam diskusi tersebut. Mereka mempertanyakan akurasi data hasil survei dan metode yang digunakan sehingga diperoleh perhitungan statistik bahwa Agum Gumelar sebagai kandidat calon gubernur dalam Pilkada jabar 2008 memperoleh angka paling tinggi ketimbang calon lain.

Dalam penjelasannya, Iman Suherman mengatakan bahwa prosentase dominan pada Agum Gumelar disebabkan oleh popularitas Agum Gumelar di media massa nasional. “Media massa berpengaruh besar terhadap pencitraan salah satu calon,” kata Iman Suherman. Meski demikian potensi golongan putih (golput) atau warga yang tidak memilih juga berpotensi sebasar 41,8 %.

Menurut Dede Mariana, peneliti UNPAD, mengatakan bahwa adanya potensi golput yang besar itu tidak bisa menyalahkan KPUD Jabar. “Yang penting adalah masalah itu dapat diselesaikan di tingkat ‘elit politik’,” kata Dede Mariana.

Toleransi pada politik uang yang ditunjukan LSI, mayoritas adalah masyarakat Jawa Barat (khususnya etnis Sunda) cenderung permisif terhadap praktik politik uang. Dede Mariana melihat paradigma itu sebagai implikasi dari kemiskinan yang hampir merata di Jabar sehingga masyarakat cenderung pragmatis, didukung oleh faktor budaya “bagaimana nanti”, serta ketidakpedulian atau ketidaktahuan akan pentingnya Pilgub.

Budi Rajab, Antropolog dan pengamat sosial (UNPAD) mengatakan bahwa paradigma masyarakat Jawa Barat pada praktik politik uang disebabkan oleh latar sejarah etnis Sundanya. Masyarakat Sunda menganal Tuan Tanah dan timpang secara social, ekonomi dan politik sejak 560 tahun yang lalu.

Pragmatisme masyarakat Sunda sehingga toleran terhadap politik uang memang tidak pernah diselelsaikan oleh pemimpin Jawa Barat hingga saat ini. Karena memang masyarakat Sunda memiliki sifat materialistik,terutama masyarakat menengah ke bawah karena kebutuhan ekonomi.

LSI juga menyatakan bawa masyarakat Jawa Barat memiliki karakter swing voter yang besar, yaitu sebesar 49,9 %. Karakteristik ini banyak terdapat pada masyarakat Jawa Barat bagian tengah ke utara (Bandung, Cimahi, Bandung Barat).

Dalam kesimpulannya, LSI menyatakan bahwa hasil survei yang dilakukannya menunjukkan bahwa Agum Gumelar memiliki potensi paling besar untuk dipilih oleh pemilih di Jawa Barat, ketimbang Danny Stiawan atau Yusuf Macan Efendi (Dede Yusuf). Itu ditunjukan oleh data Awarness Kandidat oleh LSI terhadap 1000 responden di seluruh kota dan kabupaten Jawa Barat. Agum Gumelar memiliki 78,2 %, Yusuf Macan Effendi (Dede Yusuf) 74,3 %, Danny Setiawan 47 %, Nu’man Abdulhakim 16,2 %, Ahmad Heriawan 15,6 %, Iwan Ridwan Sulanjana 9,9 %.

Monday, March 24, 2008

Jusuf kalla: Tak Ada Krisis Ekonomi Saat Ini

Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Barat menggelar pertemuan yang bertajuk “Tepang Sudagar Tatar Sunda” di Balai Pasundan, Gedung Bank Indonesia, Bandung Minggu (23/3) sore. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden RI, M. Jusuf Kalla, Paska Suzeta (Ketua Bapenas)M.S. Hidayat (Ketua Umum Kadin Indonesia), Danny Setiawan (Gubernur Jabar), Solihin GP (sesepuh Jabar), Susno Djuadi (Kapolda Jabar).

Pertemuan pertama dengan Wapres RI, M.Jusuf Kalla, itu merupakan kali pertama para pengusaha di Jawa Barat. Hasil pertemuan diharapkan membuahkan harapan pertumbuhan dan semangat baru para pengusaha untuk meningkatkan perekonomian di Jawa Barat.

Pertemuan yang dihadiri 750 pengusaha se-Jawa Barat itu diharapkan dapat memberikan pencerahan terhadap persoalan dampak ekonomi global terhadap pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional di daerah Jawa Barat.

Wapres RI, M. Jusuf Kalla, mengatakan kepada wartawan bahwa pengusaha memiliki peran penting dan vital dalam menopang pembangunan nasional di segala sektor. Semangat dan tumbuh untuk memajukan kewirausahaan perlu ditanamkan di kalangan generasi muda.

Pada kesempatan itu pula Kadin Jabar memberikan penghargaan kepada 30 pengusaha atau perusahaan yang dinilai sebagai pionir dalam hal pemberdayaan ekonomi di berbagai sector ekonomi. Mereka antara lain pengusaha jasa pariwisata, perdagangan, kerajinan, produksi tekstil dan lain-lain dari seluruh kota dan kabupaten di Jawa Barat.

Saat ini, menurut Jusuf Kalla, tidak ada yang namanya krisis ekonomi di Indonesia. Adapun kenaikan harga bahan pokok itu bukan bahan pokok yang utama.

APBD kita saat ini mencapai 1000 triliun Rupiah. “Ekonomi kita ekonomi yang tangguh. Tidak ada ekonomi sekuat Indonesia di Asia Tenggara,” kata Jusuf Kalla. Di akhir wejangannya Wapres menghimbau agar semangat untuk tumbuh menjadi pengusaha diberdayakan pada generasi muda untuk masa depan ekonomi Indonesia.

Namun bagi sejumlah pengusaha yang sore itu menerima penghargaan menyatakan bahwa kenaikan harga sejumlah bahan pokok berpengaruh besar pada benefit dan profit perusahaannya.

Hal itu juga diungkapkan oleh pengusaha jasa pariwisata alam dari Subang. “kenaikan harga sangat berpengaruh besar pada jasa wisata kami, Cuma memang belum terlalu signifikan,” ujar Istri Bapak Suwarma, pengusaha jasa wisata alam Sari Ater Spa, Subang (Jabar).

Tim Sukses Pasangan Da’I Konsisten Pada Pencitraan Pasangan Calon

Atribut kampanye dari pasangan cagub dan cawagub Pilkada Jabar 2008 benyak tersebar di kota Bandung, baik berupa stiker ajakan untuk memilih nomor urut, hingga spanduk dan baliho pasangan calon lengkap dengan nomor urut disertai teks “Coblos”.

Namun hingga saat ini Panwaslu Pilgub Jabar tetap memegang pernyataan bahwa proses Pemilihan Gubernur Jawa Barat secara demokrasi berjalan lancar. Tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh tim sukses atau pasangan calon yang sedang beradu pencitraan.

Sabtu (22/3) siang Dadan Hendaya, Media Center Danny-Iwan (Da’I), mengatakan kepada Jurnal Nasional di Bandung, bahwa atribut pasangan Da’I yang mengarah pada kampanye atau ajakan memilih nomor urut satu itu tidak berasal dari Tim Sukses Da’I. Yang dilakukan tim sukses sampai tanggal 26 Maret 2008 adalah sosialisasi pencitraan pasangan calon kepada masyarakat.

“Kami mencitrakan Da’I sebagai sosok yang layak untuk dipilih sebagai gubernur mendatang,” kata Dadan Hendaya. “Kami sangat paham benar bahwa mengeluarkan atribut kampanye adalah melanggar hukum. Kita taat hukum karena instruksi langsung dari Danny Setiawan,” sambung Dadan Hendaya.

Perihal stiker ajakan untuk mencoblos nomor urut satu yang ada di jendela angkutan umum dan ruang terbuka lainnya diakui Media Center Tim Da’I sebagai wujud partisipasi masyarakat yang mendukung Da’I.

Tim Da’I tidak memasang iklan di media manapun seperti yang dilakukan oleh pasangan calon yang lain. Adapaun iklan atau pencitraan Danny Setiawan adalah dalam kapasitas sebagai Gubernur Jawa Barat. Yaitu mengajak semua lapisan masyarakat untuk menyukseskan proses demokrasi melalui Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2008.

Kegiatan kampanye masing-masing calon akan dilaksanakan oleh partai pengusung calon yang bersangkutan. Kampanye Danny Setiawan akan dilaksanakan sepenuhnya oleh Partai Golkar, demikian juga Iwan Sulanjana akan dikampanyekan oleh Partai Demokrat.

Situasi kota dan kabupaten di Jawa Barat berangsur memanas suhu politiknya. Masing-masing pasangan calon selalu menghadiri kegiatan-kegiatan publik atau komunitas yang selenggarakan oleh masyarakat baik kegiatan seni budaya maupun ekonomi. Beragam alasan pun bermunculan dari setiap tim sukses. Sosialisasi calon atau pencitraan pasangan calon kepada masyarakat sebagai sosok yang layak memimpin Jawa Barat di masa depan.

Saturday, March 22, 2008

Liburan, Kota Bandung Macet

KOTA Bandung menjadi salah satu tujuan para wisatawan domestik dan mancanegara selama menghabiskan hari libur panjang minggu ini. Dari pantauan Jurnal Nasional di kota Bandung sejak Rabu (19/3) hingga Jumat (21/3) sejumlah ruas jalan raya dipadati ribuan kendaraan roda empat dari ukuran kecil hingga bus yang membawa para pelajar ke museum atau gedung bersejarah di Bandung seperti Museum Pos Indonesia (Jalan Cilaki), Museum Geologi (Jalan Dipenogoro), Museum Konferensi Asia-Afrika (Jalan Asia-Afrika), Gedung Asia Africa Culture Center (Jalan Braga).

Pintu keluar tol ke Kota Bandung di sejumlah titik pun dipadati ratusan kendaraan setiap jamnya. Puncak kepadatan terjadi pada Rabu (19/3) malam di Pintu Tol Pasteur dan Pintu Tol Buahbatu, Bandung.

Agus, anggota Satlantas Polwiltabes Bandung, saat ditemui di Jalur Utara Kota Bandung mengatakan bahwa kemacetan terjadi akibat terlalu banyaknya kendaraan roda empat, bus dan roda dua ke kota Bandung. "Macet itu hal biasa bagi kami karena kami harus memberikan pelayana kepada masyarakat. Hal yang luar biasa itu kalau jalan macet Polantas tidak ada," katanya. Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung).

Wednesday, March 19, 2008

Hak Paten Vaksin Virus Flu Burung Milik Indonesia di Dunia

Vaksin dipertahankan pemerintah agar menjadi sumber kapital bangsa Indonesia

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, DR. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) menyampaikan kuliah umum berjudul “Saatnya Dunia Berubah – in the spirit of dignity, transparency and equity” di hadapan mahasiswa ITB dan pelaku bisnis farmasi tingkat nasional di Aula Timur Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Selasa (18/3) pagi tadi.

Dalam kuliah umum yang disampaikan di hadapan ratusan mahasiswa ITB dan masyarakat umum dikatakan bahwa pemerintah Indonesia saat ini tengah berjuang memberikan pelayanan terbaik untuk rakyatnya. Dunia kesehatan pun sedang berupaya keras mengurangi penderita suspect flu burung dan gizi buruk.

“Saya berjuang bersama rakyat agar obat bisa murah, punya apotek rakyat, serta pengobatan gratis,” tutur Siti Fadilah Supari di hadapan mahasiswa ITB, Bandung.

Kasus gizi buruk perlu perhatian dan peran serta semua pihak untuk saling membantu sesama. Meski angka penderita gizi buruk sudah berkurang ketimbnag data yang diperoleh pada tahun 2003. Sebanyak 4 juta jiwa penderita gizi buruk harus terus diperhatikan melalui program yang dialokasikan dari APBD masing-masing dan APBNP 2008 tentunya.

Dalam kuliah umum atau temu ilmiah di kampus ITB Bandung itu, Siti Fadilah Supari mengungkapkan kekecewaannya terhadap organisasi kesehatan dunia, WHO, bahwa sinyalir WHO melakukan praktik neo-kapitalisme. Siti Fadilah Supari meneliti bagaimana mereka membuat vaksin. Ternyata mereka mendapatkan seed virus dari WHO-Collaborating Center (WHO-CC), dan seed virus itu diperoleh dari wild virus yang berasal dari negara yang menderita, yang mengirim virus – termasuk Indonesia yang kini dikembalikan sebanyak 42 sample dari Los Alamos, New Mexico yang dikirim dalam bentuk sequencing DNA virus oleh Indonesia.

Menteri Kesehatan RI melihat fakta permainan kapitalis di dalam tubuh organisasi kesehatan dunia (WHO) itu selama 50 tahun di bahwah institusi bernama GISN (Global Influenza Surveilance Network). Sebuah institusi dari struktur WHO yang bersifat underjuridiction of US Government.

Dia memperjuangkan keadilan dan transparansi, “Saya menyatakan bahwa data virus Flu Burung strain Indonesia harus ditaruh di Gene Bank, agar dapat diakses oleh para scientist yang lebih banyak dan lebih luas lagi bagi dunia,” kata Siti Fadilah Supari.

Kini pemerintah sudah memiliki komitmen untuk mementingkan rakyat Indonesia sendiri dengan membuat kebijakan pelayan publik untuk masyarakat Indonesia dengan merancang program pembuatan industri vaksin Flu Burung di tanah air. Kebijakan itu memang belum dikeluarkan secara resmi pelalui Peraturan Pemerintah (PP), namun paling tidak pemerintah Indonesia tidak bergantung pada perusahaan atau lembaga multinasional dalam menangani kasus Flu Burung dewasa ini.

Kesehatan menjadi kapital di dunia rupanya. Oleh karena itu, Siti Fadilah Supari, mengatakan daripada bangsa Indoensia ketergantungan pada lembaga donor internasional untuk membeli vaksin lebih baik pemerintah Indonesia beserta pihak swasta dalam negeri. Yang artinya menambah hutang luar negeri, lebih baik Indonesia memproduksi sendiri.

“Sejak Susilo Bambang Yudhoyono memimpin negara ini situasi moneter jauh lebih baik. Rasio hutang luar negeri dan pendapatan berada pada rasio 32 prosen. Angka itu adalah angka normal karena negara lain juga mempunyai hutang luar negeri. Padahal sebelumnya berada di angka 60,” jelas Siti Fadilah Supari. “Maka dengan sikap pemerintah ini Indonesia akan mendapatkan WHO system, baik itu kebijakan monetering maupun non-monetering,” sambung Siti Fadilah Supari.

Usai acara temu ilmiah itu, Isa mansyur, Dirut Bio Farma, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang menunggu ketetapan PSO (publik servise obligation) dari pemerintah untuk memproduksi vaksin Flu Burung. Isa juga mengatakan dalam proses pembuatan vaksin terdapat beberapa tahapan penting yang harus dilakukan timnya.

“Pandemi virus Flu Burung sangat tidak pasti sementara itu kita bisa rugi ratusan juta bila tidka ada kepastian perilaku virus tersebut. Namun demikian, kita bisa memanfaatkan pandemi dari virus itu untuk membuat vaksin yang lain,” ujar Isa Mansyur.

Persoalan ini sudah ditangani oleh pemerintah, karena investasi di hilir sebesar 100 juta rupiah sudah berjalan, hanya saja tinggal menunggu investasi di hulu-nya yang diperkirakan mencapai dana investasi sebesar 300 juta rupiah. Pembangunan infrastruktur untuk produksi vaksin ini belum dilakukan karena harus menunggu tahapan lain.

Kupas Buku Flu Burung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Buku harian yang dicetak menjadi buku berjudul Saatnya Dunia Berubah - Tangan Tuhan Di Balik Virus Flu Burung, setebal 204 halaman itu, memberikan informasi lengkap bagaimana Ibu Siti Fadilah Supari berjuang atas nama rakyat Indonesia dalam menangani kasus flu burung yang hingga saat ini belum dibuat vaksinnya untuk kebutuhan dalam negeri.

Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam pengantar resmi di bukju tersebut menuliskan sambutan positifnya dengan hadirnya buku tersebut. Di samping menjelaskan secara lengkap mekanisme penanganan virus flu burung yang berlaku internasional, buku ini juga mengungkapkan suatu ketidakadilan tatanan dunia di bidang kesehatan yang telah berlangsung lama.

Di dalam buku itu, pengalaman Siti Fadilah Supari sebagai dokter, peneliti, dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia diuraikan dengan jelas. Terutama pengalaman Siti Fadilah Supari dalam menangani kasus virus Flu Burung yang menyengsarakan masyarakat Indonesia. Berbagai lobi dan negosiasi dilakukan secara mendalam dan serius untuk mendapatkan solusi tepat dan bermanfaat besar bagi seluruh rakyat Indonesia.

Prof. Dr. Ir. Djoko Susanto, M.Sc., Rektor ITB, juga menyatakan kegembiraannya usai acara temu ilmiah bersama Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Siti Fadilah Supari, di kampusnya. “Kami meminta informasi tentang penanganan virus Flu Burung dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dan kita coba mengamankan apa yang kita miliki (bahan baku vaksin Flu Burung - red) untuk menguatkan nasionalisme kita,” kata Djoko Susanto.

Siti Fadilah Supari meyakini bahwa perjuangan untuk mencari kebenaran dan mengakkan kebenaran dalam bidang apapun harus dimulai dari kampus yang terjormat. Kampus harus menjadi benteng kokoh terhadap ancaman pihak-pihak luar yang berlindung di balik penelitian, tetapi sarat dengan kepentingan tertentu yang justru membahayakan peradaban manusia. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)

Konser Bersama Komposer Muda Indonesia-Belanda

Sembilan komposisi cantik disajikan di Auditorium CCF Bandung, Sabtu (15/3) malam kemarin. Sembilan komposisi yang dimainkan oleh mahasiswa seni se-Bandung juga peserta dari jakarta dan Jogjakarta itu merupakan komposisi yang dibuat selam 3 hari workshop di universitas yang ditunjuk oleh panitia Chamber Music Festival 2008, antara lain STSI Bandung, Unpas, UPI.

Karya komposer yang disajikan melalui permainan para musisi asal Hollland itu antara lain Theo Loevendie (Belanda), George Crumb (Amerika Serikat), Michael Asmara (Indonesia), Jan Rokus van Roosendael (Belanda), Karlheinz Stockhausen (Jerman).

Sebanyak 26 komposer muda dari Bandung, Jakarta dan Jogjakarta tampil secara bergilir di atas pentas dengan komposisi yang dipilih masing-masing komposer. Istilah komposer muda muncul dalam kegiatan workshop Chamber Music Festival di Bandung selama tiga hari, yaitu 13 - 15 Maret 2008 yang lalu. Perhelatan musik klasik yang menjadi ajang pertukaran budaya antara Belanda-Indonesia disambut dengan antusias oleh para peserta workshop yang didominasi oleh mahasiswa.

Antusiasme itu juga muncul dari anggota Dutch Chamber Music Ensemble (DCME) asal Holland itu. Mereka adalah Arno van Houtert (pemain clarinet), Jozsef Auer (pemian basson), Raymond Vievermanns (pemain trumpet), Mark Boonstra (pemain trombone), Han Vogel (pemain Perkusi), Hellen Hulst (pemian violin), Pia Pirtinaho (pemian double-bass), Ruud van Eeten (conductor).

Raymond Vievermanns, pemain trumpet, mengatakan kepada awak KOKTAIl di CCf Bandung, betapa senangnya dia dan kawan-kawan DCME dalam workshop musik klasik itu. Mereka menyayangkan lamanya workshop yang terlalu pendek untuk sebuah studi musik klasik secara tepat.

Meski dalam waktu yang tidak lebih dari 21 jam dalam tiga hari itu, workshop berjalan dengan baik. ”Workshop ini sukses bagi kami, karena kami bisa berdialog dan mengajarkan musik klasik kepada komposer-komposer muda Bandung yang berbagat,” ujar Raymond usai konser.

Dalam workshop tersebut setiap peserta membuat bagian komposisi dengan kemampuan alat yang dipunyainya. Dan hal itu menyenangkan buat anggota DCME dalam workshop itu. Selian eksplorasi musik yang leluasa juga pencarian-pencarian yang menarik untuk mengasah kreativitas secara bersama-sama.

Sajian pertama adalah dari Hellen Hulst dengan violin solonya, dia membawakan komposisi berjudul “Dance” karya Theo Loevendie. Kemudian disusul dengan penampilan String Orchestra (seluruh peserta workshop) dengan judul “Miniature of Strings” karya Ruud van Eeten. Usai para peserta workshop menampilkan kreasi dan kreativitas di atas pentas. Barulah para penikmat musik klasik disuguhi komposisi menarik dari para musisi DCME.

Arno van Houtert (Clarinet) dan Hellen Hulst (violin) membawakan komposisi berjudul ”Hommage ā Henri” karya Ton de Heuuw. Sebuah kolaborasi singkat yang sangat menarik untuk dinikmati karena komposisi klasik itu kurang familiar di telinga penikmat musik klasik di Bandung. Usai Arno memainkan clarinetnya, Hellen Hulst naik lagi ke atas pentas dan bermain bersama Ellen Corvor (piano) untuk membawakan komposisi ”Suail Danza” karya Gozahti.

Han Vogel (Percussion solo), “Case History” karya Roderik de Man. Arno van Houtert (Clarinet), Jozsef Auer (Basson) dan Raymond Vievermanns (trumpet) membawakan komposisi “Loram Deo” karya Ricky Yap. Hellen Hulst dan Ellen Corvor kembali mentas dengan komposisi berjudul ”Aksan” karya Theo Loevendie. Arno van Houtert bermain solo dengan komposisi ”Solitaire”-nya karya Gatot.

Raymond Vievermanns dan Ellen membawakan komposisi unik berjudul “One Note Plus” karya Dimas kecil. Sebuah komposisi atraktif yang mengundang tawa para penonton. Raymond membawakan komposisi lagu ”Nina Bobo” yang akrab di telinga Dimas kecil dan masyarakat Indonesia.

Workshop itu difokuskan pada permainan musik kamar dan pembentukan ensembel. Ellen Corver mengangkat tema musik kontemporer dengan dasar musik klasik. Kemampuan Ellen dalam membawakan komposisi musik kontemporer sudah disuguhkan pada malam sebelumnya (14/3) dalam konser pianonya di Auditorium CCF Bandung.

Komposer muda atau mahasiswa jurusan seni musik di Bandung memang perlu belajar banyak dalam memahami musik sampai ke akarnya disertai penguasaan teknis. Raymond mengatakan bahwa maslah kecil tapi berpengaruh pada kreativitas komposer muda adalah menuliskan komposisi yang dibuatnya ke atas kertas.

Ide-ide bagus dalam membuat bagian komposisi banyak bermunculan akan tetapi banyak komposer muda di Bandung itu tidak bisa merekamnya dalam catatan note balok. Hal ini membuat para peserta workshop hanya mengandalkan ingatan dan insting memainkan nada. Tapi para musisi DCME tetap antusias dengan semangat belajar para komposer muda di Bandung.

Para komposer muda banyak menimba ilmu tentang musik klasik dan kontemporer dari musisi asal Holland itu. Roderik de Man, komposer Belanda yang lahir di kota Bandung pada tahun 1941, memberi banyak pengetahuan tentang musik karena dia banyak belajar musik di negeri asalnya, Belanda. Dunia musik yang dilalui Roderik antara lain belajar di Royal Conserpatory of The Hague, Kees van Baaren, Dick Raaymakers, Foundation of the Creation of Music, Amsterdam Art Fund, dan lain-lain.

Roderik mendapat penghargaan dari Concorto Internazionale di Composizion, Concours International de Musique Electroacoustique de Bourges. Konser pun ditutup dengan improvisasi bersama di atas pentas. (Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung)

Konser Piano Unik Oleh Ellen Corver

Sebuah konser piano yang terbilang unik penampilannya digelar di Pusat Kebudayaan Francis (CCF) Bandung pada Jumat (14/3) malam kemarin dengan penampilan pianis asal Belanda, yaitu Ellen Corver.

Konser tersebut merupakan salah satu program The Nightingale - Chamber Music Festival 2008. Ellen menyajikan 5 komposisi musik baik dalam fragmen pendek dan agak panjang karya komposer dari Indonesia, Belanda, Jerman dan Amerika Serikat.

Konser musik klasik itu memang terbilang unik karena Ellen membawakan komposisi dari berbagai aliran musik klasik yang dipilihnya secara unik pula. Yang menarik justru komposisi piano klasik yang mengelaborasi tangga nada pentatonis dari gamelan Bali dengan komposisi nada diatonis. Hasilnya, cukup menarik untuk diapresiasi.

Karena keterbatasan desain akustika piano Yamaha, maka Ellen menyajikan komposisi dengan caranya sendiri. Sehingga diperoleh komposisi nada yang optimal dengan piano yang sederhana itu. Ellen memang dikenal sebagai musisi klasik yang sering membawakan karya-karya musik abad 20 dan abad 21.

Penampilannya dalam membawakan komposisi piano menjadi perhatian para penikmat musik klasik. Ellen menggabungkan cara pemain piano membawakan karya klasik yang agung dengan performance art ala seniman panggung. Ellen melepas sepatunya, lalu memakainya lagi setelah beberapa nada dimainkan dengans angat intens.

”Saya akan memainkan piano dengan teknik khusus pada bagian-bagian yang saya anggap penting,” kata Ellen Corver setelah memaparkan konsep komposisi yang akan dibawakannya dari musik tahun 1980 akhir di Eropa.

Bukan persoalan sepatunya yang sinyalir memang kemasan penampilannya dalam memainkan piano, akan tetapi bagaimana seorang Ellen memetik dawai piano dengan jemari tangannya dan sembari bernyanyi dalam huruf vokal dan sedikit konsonan. Konser piano pun tidak menjadi jemu karena keunikan Ellen membawakan karya-karya besar dengan piano sederhana itu. (Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung)

Slide-Glass Karya Guru Arsitektur ITB Dipamerkan

Sebanyak 5.770 foto slide kaca karya arsitek Belanda, V.R. Van Romondt, sedang dipreservasi oleh dosen dan mahasiswa jurusan arsitektur ITB, Bandung. Kegiatan ini sudah mulai dikerjakan pada tahun 1997, namun belum memadai karena kesulitan dana.

Koleksi slide berisi ragam arsitektur-arkeologi bangunan kuno di Indonesia dan negara lain ini merupakan yang terlengkap di Indonesia. Koleksi V.R. Van Romondt ditampilkan ke publik sejak Rabu (5/3) di Galeri Arsitektur ITB sebanyak 47 foto dan dokumen cetakan.

Foto dalam slide kaca itu dibuat pada kurun waktu 1920-1940 ini sebanyak 5.770. sebanyak 5.420 foto slide saja yang berhasil dipreservasi. Sisanya tidak berhasil diselamatkan karena kondisi slide kacanya sangat rapuh akibat jamur, lemak, polimer, cacat bingkai, dll. Proyek restorasi itu didanai pemerintah Amerika Serikat, foto-foto slide kaca Romondt rencananya dapat diakses oleh masyarakat luas dalam bentuk digital.

Romondt merupakan salah satu bapak pendidikan arsitektur modern di Indonesia. Selama bertugas mengajar di Arsitektur ITB, yang dulu bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng, ia banyak menyimpan foto-foto dan desain arsitektur candi-candi dari berbagai zaman dan bentuk bangunan di Indonesia pada jamannya.

Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat Anne E Grimes juga hadir dalam pameran itu. Karya Romondt termasuk penting untuk masa depan sebagai pembanding ataupun alat restorasi ragam arsitektur budaya kuno. Sangat disayangkan jika warisan berharga itu rusak.

Kegiatan restorasi karya-karya Romondt baru pada tahapan preservasi slide, selanjutnya adalah mengelola arsip berharga itu untuk kepentingan ilmu pengetahun. Masih banyak karya Romondt yang belum terselamatkan, seperti tulisan, foto dan dokumen-dokumen lainnya. (Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung)

Street Youth Art Festival 2008 Di Basecamp Harry Roesli

Sabtu (15/3) sore kelompok musisi jalanan berekspresi di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR), Jalan Supratman, Bandung, yang diikuti oleh musisi-musisi jalanan Bandung yang terhimpun dalam organisasi RMHR.

Acara tersebut merupakan perayaan hari jadi Harry Roesli Foundation (HRF) yang ke-3 tahun ini. Anak-anak jalanan yang sering mengamen bahkan konser di daerah kabupaten dan kota Bandung berkumpul bersama dalam satu pentas sederhana namun meriah.

Suasana kekeluargaan sangat terasa dalam perhelatan yang berjudul Street Youth Aert Festival 2008. Pasalnya, anak-anak yang biasa mengamen di lampu merah saling bertatap muka melalui petikan gitar atau tarik suara masing-masing.

Keluarga besar Harry Roesli pun tidak ketinggalan untuk hadir dalam perhelatan budaya musik khas jalanan tersebut. Acara tersebut diisi dengan Action Painting dari Rahmat Jabaril, performa dari kelompok Buton Kultur, pameran lukisan anak-anak jalanan, serta konser mini anak-anak jalanan.

Sajian kuliner dari pesta musik anak jalanan diisi oleh makanan khas orang Sunda seperti minuman bajigur, bandrek, seupan sampeu, dll. Sambil menikmati kuliner tradisi Sunda, parapenonton dan keluarga besar Rumah Musik Harry Roesli menikmati sajian musik anak-anak jalanan dengan lagu-lagu gubahan mereka sendiri, serta karya artis nge-top lainnya. (Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung)

Wednesday, March 5, 2008

Menggali Akar Rupa dan Pembiakan Kreatifitas

Sabtu (1/3) malam di awal bulan Maret sebuah perhelatan yang tak kalah penting digelar pameran lukisan pertama bertajuk Linescape di Galeri Space59, Bandung. Pameran lukisan kali pertama di galeri tersebut mendapat sambutan yang cukup antusias dari seniman rupa Bandung, karena ruang publik untuk menjadi tempat komunikasi seniman dengan kolektor dan masyarakat bertambah di kota Bandung.

Malam itu, Kiky Rizky A. Zaelani mengantar pembukaan pameran Linescape pada wacana bagaimana menimbang kembali kekuatan garis sebagai bagian penting dalam konstruksi suatu karya.

“Pameran ini didukung oleh kemampuan menggambar. Pameran ini mengusung tema lanskap dan tema tersebut bertujuan untuk mengundang seniman-seniman untuk mengeksplorasi kemungkinan yang lebih terbuka,” ujar Kiky Rizky A. Zaelani sebagai kurator pameran.

Sementara Bambang Sugiharto, sebagai kurator galeri Space59, mengatakan, “Ketika seni rupa sudah berkembangbiak kemana-mana. Maka ‘garis’ sebagai akar seni rupa harus digali kembali.”

Persoalan garis memang menjadi penting untuk direvitalisasi seiring lompatan dinamika seni rupa di jaman sekarang, khususnya di dalam pameran ini.

Perkembangan seni rupa di Bandung terus mendewasa hingga kualitas garis diperdalam dengan warna, diperlebar dengan permainan bidang, diperkuat dengan barik, dibetot agar menonjol dengan pencampuran media dan akhirnya hadir di atas kanvas. Demikian pengantar Bambang Sugiharto dalam pameran tersebut.

Pameran Linescape bagi bambang Sugiharto adalah pembeberan upaya-upaya menggali berbagai kemungkinan yang dikandung oleh garis. Semacam gerak mundur memahami secara baru drawing atau menggambar sebagai fondasi seni rupa, yang biasanya diabaikan atau disepelekan.

Begitu besar makna sebuah garis dalam pameran yang diikuti oleh 15 seniman muda Bandung. Dalam pameran tersebut, masing-masing seniman melakukan tafsiran kreatif dan mengaplikasikan garis itu apa dan seperti pada medium yang dipilihnya.

Keberagaman tafsir dan persepsi estetis yang terlihat dari 17 lukisan yang tersaji di dinding galeri, itu menunjukan bahwa seni rupa Bandung memang sudah memamahbiak hingga menjadi fenomena gambar yang mengomunikasikan realitas ilusorisnya (linescape).

Wacana menarik dari perbincangan filosofis terhadap sebuah gambar telah mendorong kreatifitas perupa muda dalam memahami dan memaknai garis sebagai akar dari sebuah bentuk estetik.

Lain halnya dengan Rosid (39 tahun). Lukisan yang diberi judul “Sound of Nature” oleh Rosid menguatkan sebuah karakter dan identitas Rosid yang sejatinya memang merajut bahasa visual dengan garis-garis, coretan, arsiran yang saling bertindih. “Bagi saya garis adalah pengolahan rasa dan kepekaan,” ujar Rosid usai pembukaan pameran.

Garis bukan sekedar pijakan bentuk. Di sana ada sebuah intensitas dalam benak seniman bagaimana arsiran itu bicara soal rasa. Pengulangan garis hingga terkesan sebuah tumpukan padahal pergulatan rasa yang ada.

Dari pameran ini dapat dikatakan bahwa drawing bukan hanya sekedar gambar. Ia memiliki greget baru setelah nukilan garis diwacakan secara intens dan kreatif melalui lukisan yang dipamerkan.

Pengolahan garis melalui gambar lanskap hingga menjadi lukisan “Linescape” berukuran 100x150 cm dari seniman muda Bandung seperti pada karya Radi Arwinda (25 tahun), yaitu “Apet”. Ia memperlakukan garis sebagai pisau imajinasi atas resepsi cultural anak muda jaman sekarang. Komik, distro, seks bebas, gaul, seksi, dan istilah metropolis lainnya itu dikesankan seperti mainan anak-anak oleh Radi Arwinda. Padahal lukisan yang cenderung komik bergambar gadis seksi itu jelas-jelas merupakan persepsi Radi Arwinda terhadap kebabasan imajinasi kaum muda di Bandung yang tak berbatas.

Oco Santoso (32 tahun), menyajikan lukisan dengan kekuatan garis yang tidak kalah kuat. Lukisan berjudul “Figure I” adalah gambar seorang lelaki yang sedang memikul tubuh sahabat, atau entah saudaranya, bertelanjang dada. Semangat kerja keras dan humanis sangat terkesan pada lukisan itu. Garis-garis tegas yang menguatkan kesan kerja keras dibuatnya dengan teknik melumerkan cat, sehingga ekspresi tubuh tokoh dalam lukisan tersebut menjadi muncul.

Tubuh dalam pameran Linescape itu memang dominan sebagai objek lukisan para seniman muda yang terlibat dalam pameran itu. Kecuali karya Rosid dengan objek bunga Anthurium yang bernuansa merah dengan latar pantai dan semenanjungnya.

Tubuh dan garis seperti ada korelasi estetis dalam pandangan para seniman muda ini. Bahwa tubuh itu juga belum tentu bermakna manusia tanpa sentuhan rasa. Dan garis pun hanya akan membentuk sesuatu, entah itu bidang, bila tidak mengandung rasa.

Rasa dari garis yang tergores di atas kanvas memang menjadi garis estetis itu sendiri. Karena lukisan yang berkualitas tidak hanya secara wacana justru kekuatannya bertumpu pada rasa yang muncul dari garis-garis samar maupun tegas dalam persepsi visual penikmatnya.

Lagi-lagi masalah komunikasi agaknya harus dipertajam untuk membuat sebuah gambar atau drawaing, apalagi sebuah lukisan. Garis dalam pameran ini ditegaskan sebagai akar dari estetika sebuah lukisan.

Beberapa karya seniman muda dalam pameran Linescape ini memang masih saja ada yang kurang kuat mengolah garis secara intens - di luar hal ikhwal teknis. Karena garis seakan pedangnya estetika sebuah karya rupa.

Apakah melalui pameran Linescape ini wacana seni rupa modern, khususnya lukisan dapat beroleh pemahaman baru atas suatu pakem estetika seni rupa masa kini. Estetika dalam dunia percepatan yang saling bertabrakan dan tumpang tindih.

Kegilaan kreatifitas yang muncul dari olahan media dan objek dari masing-masing seniman menunjukan semangat baru dari seniman muda untuk terus berolah kreatif dan beroleh inspirasi. (Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung)

Pameran Lukisan TRIPLE3 THR33

Sembilan seniman dari tiga institusi pendidikan (Universitas Maranatha, ITB, STISI) Bandung menggelar pameran lukisan bersama di Auditorium Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) Bandung.

Masing-masing seniman menyajikan 3 karya berukuran 150x100 cm. Keberagaman gagasan dan ide kreatif seniman lukis dari mahasiswa ini diusung tanpa kurator sebagaimana lazimnya pameran lukisan. Alasan mereka, kalau ada kurator mereka tidak bebas memilih karena ada ketentuan tematik dari kurator, dengan cara mengkurasi secara bersama ini mereka lebih bebas berekspresi dan mempublikasi karya, katanya.

Stella Prasetya, salah satu seniman dari Univ. Maranatha, mengatakan kepada KOKTAIL, bahwa pameran ini sebagai upaya bersama untuk mencairkan seni rupa kontemporer saat ini di Bandung khususnya.

“Yang lebih ditonjolkan adalah hasil karya dari studio masing-masing,” ujar Stella. “Saya bisa berkarya dengan idealisme sendiri tanpa ada tuntutan apapun,” sambung Stella dengan semangat.

Melihat kondisi globalisasi saat ini para pelukis muda ini mengatakan bahwa yang menjadi sasaran sekarang bukan persoalan regional, tetapi bagaimana berkompetisi dengan dunia global dan lebih cerdas menggunakan media juga konsepnya.

Latar belakang pameran bersama ini adalah adanya kesamaan dan kecenderungan dalam berkarya dan menampilkan genre lukis saat ini. Bahwa melalui pameran ini tidak ada lagi keterpisahan antara generasi dan kualitas karya di Bandung.

Pameran berlangsung mulai 4-10 Maret 2008. Di tengah pameran ini akan digelar diskusi menarik berjudul “Eksistensi Perupa Muda bandung Satu Dekade Terakhir” di Auditorium Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) Bandung, tanggal 6 Maret 2008 pada pukul 14.00-16.00 dengan pembicara Bambang Sugiharto, Heru Hikayat dan Agus Cahyana sebagai moderator. (Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung)

Breakjazz Di-Break Agum Gumelar

Selasa (4/3) malam Bandung diguyur hujan, tetapi pecinta musik jazz Bandung tetap hadir di Bumi Sangkuriang, Bandung. Pasalnya, para musisi kawakan dari berbagai generasi tampil secara bergiliran di atas pentas.

Salamander Big Band, 4 Peniti, Bhaskara 2008, dan Logic (Australia) tampil secara bergiliran dengan kemampuan musikalitas yang sangat tinggi.

Salamander Big Band dikawal oleh Benny Likumahuwa dalam menyajikan komposisi dan aransemen lagu dari berbagai negeri.

Benny Likumahuwa mengatakan, bahwa Big Band di Indonesia seringkali salah kaprah. Big Band menurutnya bukan penampilan jazz dengan banyak musisi, tetapi ada syarat-syarat dari Big Band itu antara lain ada 5 saxist, 2 altoist, 5 pemain trombone, 5 trompet, dll.

Big Band kali pertama muncul di era Swing yang lebih dikenal dengan dance music. Karena Big band sering digunakan untuk dansa. Yang menarik menurut Benny Likumahuwa, bahwa kunci Big band ada pada drum, lead oleh para saxist, sementara trombone dan trompet hanya aksen pada tempat-tempat tertentu saja.

Suasana nyaman pun berganti jadi politis, karena kehadiran Agum Gumelar di tengah sajian musik jazz Salamander Big Band. Menurut salah satu penyelenggara Agum Gumelar “curi adegan” dengan hadir di perhelatan musik jazz Bandung. Setelah dikonfirmasi oleh KOKTAIL, dia mengaku tidak mendapat kabar tentang kehadirannya di even tersebut.

Agum Gumelar dalam pidatonya menyatakan dukungan kreatif musisi jazz asal bandung yang akan tampil dalam Javajazz Music Festival. “Mudah-mudahan Javajazz yang akan berlangsung besok dapat berlangsung dengan sukses,” ujar Agum Gumelar yang merupakan pasangan AMAN (Agum-Nu’Man) dalam Pilgub Jabar 2008.

Agum juga tampil bersama kelompok jazz Bhaskara 2008 dengan lagu Livin on The Jetplane. Dalam perhelatan jazz tersebut pihak Bumi Sangkuriang memberikan formulir anggota kehormatan sebanyak empat buah yang diberikan secara langsung oleh Dr. Rivai. Sementara Ibu Agum Gumelar mendapat karangan bunga sebagai tanda kehormatan.

Dadang, salah satu kru teknis dalam even itu mengatakan, “Dia curi adegan. Itulah politisi kita,” katanya setelah kehadiran Agum Gumelar di event Breakjazz malam itu. (Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung)

Tokoh Masyarakat Sunda Bertemu

MANTAN Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat Jawa Barat di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), di Bandung, Senin (3/2).

Pertemuan silahturahmi itu dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari masa kekuasaan Soeharto. Antara lain sesepuh Jawa Barat seperti Solihin GP, Tjetje Hidayat Padmadinata, dan tokoh lingkungan Iwan Abdurahman, serta tokoh masyarakat lainnya.

Pertemuan yang difasilitasi oleh Uu Rukmana, Ketua Umum Partai Golkar DPD Jawa Barat itu menjadi ajang silahturahmi antar putra terbaik Jawa Barat dalam membahas persoalan bangsa dan negara yang saat ini sedang dalam upaya perbaikan di segala bidang.

Dalam pidatonya, Uu Rukmana mengatakan bahwa pertemuan ini adalah sebuah upaya positif dari Burhanuddin Abdullah untuk bertatap muka dengan tokoh Jawa Barat terkait dengan masalah di Bank Indonesia saat ini.

"Persoalan hukum, biarlah lawyer yang bicara. Di sini kita mengeratkan tali silahturahmi masyarakat Sunda untuk bersama-sama memecahkan masalah saudara kita, Burhanuddin," ujar Uu Rukmana.

Pernyataan di atas membentengi rasa ingin tahu para tamu undangan dan wartawan yang ingin mengorek informasi seputar kasus yang terjadi di Bank Indonesia.

Dalam forum tersebut Burhanuddin dikatakan sebagai ikon tokoh Jawa Barat. Hal itu ditegaskan oleh Solihin GP selaku sesepuh Jawa Barat. "Burhanuddin Abdullah adalah putra Jawa Barat dan menjadi Gubernur Bank Indonesia, instansi strategis di dalam negara ini. Hidup bagi saya adalah mencari kebenaran," papar Solihin GP.

Solihin GP menanggapi kondisi bangsa dan negara ini secara prihatin. "Saya sedang prihatin terhadap kondisi bangsa dan negara ini. Bukan ini yang kami (prajurit kemerdekaan -Red) cita-citakan dulu. Kalau dalam keadaan ini jangan salhkan rakyat, karena semua ini disebabkan oleh pimpinan yang tidak berkualitas," kata Solihin di depan forum.

Dalam kesempatan itu, Burhanuddin Abdulah berbicara soal karir dan pengabdian dirinya di Bank Indonesia sejak tahun 1979, serta segudang penghargaan dari pemerintah dan prestasi-prestasi gemilang dalam masa kepemimpinannya sebagai Gubernur Bank Indonesia (2003-2008).

"Biarlah proses ini berjalan apa adanya. Para penegak hukum, semua institusi saya yakin berpikir untuk menyejahterakan bangsa ini," ujar Burhanuddin di hadapan tokoh-tokoh Jawa Barat.

Uu Rukmana mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan tersebut meruapakan inisiatif Burhanuddin Abdullah kepada sesepuh Jawa Barat. Kehadiran Burhanuddin sebatas penjelasan mengenai masalah Bank Indonesia dan pemeriksaan atas Burhanuddin oleh KPK. "Proses hukum silahkan diteruskan. Tidak ada bela-membela, kami hanya minta penjelasan masalah Bank Indonesia," kata Uu Rukmana usai pertemuan tersebut.

Terkait dengan Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2008, Uu Rukmana sebagai pimpinan Partai Golkar jawa barat sangat optimis dengan kemenangan yang akan diraih oleh cagub yang didukungnya dan tanpa penilaian diskriminatif. "Semua calon kita anggap hebat. Perolehan suara Da'I di wilayah Priyangan kami yakin menang," kata Uu Rukmana. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung).

KAI Daop 2 (Bandung) Banting Harga Tiket

PERSAINGAN moda transportasi darat antara Bandung - Jakarta kian meningkat. Sejumlah perusahaan jasa transportasi swasta banyak bermunculan untuk melayani jasa transportasi cepat, aman dan nyaman.
PT KAI Doap 2 Bandung tidak ingin ketinggalan dalam bisnis transportasi. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi ia harus melakukan peningkatan dan pembenahan manajemen jasa layanan publiknya.
PT KAI (Persero), Daerah Operasi (Daop) 2 bandung melakukan penyesuaian tarif KA Argo Gede dan Parahyangan koridor Bandung-Jakarta mulai 7 Maret mendatang. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing dan memberikan pelayanan yang lebih baik serta bertujuan untuk menarik kembali minat masyarakat terhadap jasa angkutan kereta api, penumpang, dari Bandung ke Jakarta.
Tarif baru itu berlaku setiap hari dan setiap jam keberangkatan. Hal itu dikatakan Kepala Daerah Operasi 2 Bandung, Saeful Echwan kepada Jurnal Nasional di Kantor Humas PT KAI Daop 2 Bandung, Senin (3/3).
"Sekarang kita melayani dulu masyarakat. Kebersihan di dalam kereta sudah kamu maksimalkan dengan mendatangkan ahli," kata Saeful Echwan.
Penyesuaian tarif ini dilakukan manajemen Daop 2 Bandung karena prosentase okupasi atau angka perbandingan jumlah kursi dan jumlah penumpang masih rendah, yaitu berkisar 25-30 prosen setiap enam kali keberangkatan.
Dengan program penyesuaian tarif ini diharapkan dicapai target okupasi sekitar 60-75 prosen. Padahal sebenarnya 60% sudah break event point atau balik modal.
Program ini akan diteruskan sepanjang prosentase okupasi belum tercapai dan biaya operasional langsung mampu menutupi biaya BBM kereta tiap hari. Dan akan dilakukan evaluasi setiap 2 minggu.
Besaran penyesuaian tarif adalah sebagai berikut: Tiket KA Argo Gede yang semula Rp65.000 diturunkan menjadi Rp45.000. Harga Tiket Parahyangan Eksekutif yang semula Rp50.000 turun menjadi Rp.35.000. Bisnis Dewasa dari Rp30.000 turun menjadi Rp20.000, dan harga tiket Bisnis Anak-Anak yang semula Rp24.00 menjadi Rp15.000.
Tarif ini baru diusulkan berlaku untuk keberangkatan kereta dari Bandung ke Jakarta. KaDaop 2 akan melakukan koordinasi dengan Daop 1 untuk penyesuaian tarif murah untuk rute sebaliknya, yaitu Jakarta-Bandung.
Mateta Rijalulhaq, Humas Daop 2 Bandung, mengatakan program ini sudah lama diusulkan oleh Daop 2 Bandung. Adapun tambahan titik pemberhentian dalam perjalanan yaitu di stasiun Bekasi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi penumpang yang tinggal di Bekasi menuju Jakarta atau masyarakat Bandung yang bekerja di Bekasi. Waktu tempuh tidak berubah, yaitu 3 jam. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)

Pariwisata Jawa Barat Diharapkan Bersinergi Dengan Pilgub Jabar

Jawa Barat tak ingin ketinggalan dalam perhelatan budaya yang menyejarah. Dinas Budaya dan Pariwisata Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menggelar 100 even terkait dengan Kebangkitan Nasional mulai tanggal 20 Mei 2008.
“Ruh pariwisata Jawa Barat harus bangkit. Pemerintah, akademisi, komunitas kreatif di tiap daerah harus sinergis,” ujar Kepala Disbudpar prov. Jabar, Drs. H. Budhiana, M.Si., di Kantor Disbudpar Prov. Jabar kepada Jurnal Nasional di Bandung, Jum’at (29/2) malam.
Ia juga mengatakan potensi wisata yang tersebar di seluruh daerah potensial memerlukan dukungan dari para pelaku wisata, masyarakat, serta kebijakan pemerintah melalui regulasi yang jelas dan tegas.
Semua pihak berharap tidak terjadi sesuatu dalam proses Pilgub Jabar yang anarkis, karena kondusifitas proses demokrasi Jawa Barat berdampak kuat pada kepariwisataan di Jawa Barat.
“Para pendukung calon jangan sampai anarkis,” ujra Budhiana. Kontribusi Pilkada Jabar pada pariwisata di seluruh wilayah Jawa Barat cukup besar. Bila kondisi tertib dan kondusif maka masyarakat di sekitar daerah wisata akan tertolong secara ekonomis.
Peran aktif dari pemangku kebijakan dalam meningkatkan kesadaran semua pihak terhadap pentingnya pariwisata mutlak diperlukan. Apakah para cagub dan cawagub memperhatikan kesadaran ini? Disbudpar Jabar tidak menuntut banyak bilamana gubernur dan wakil gubernur terpilih nanti. Yang penting adalah dukungan kebijakan yang menopang peningkatan infrastruktur yang menjadi modal aksesibilitas daerah wisata.
Target kunjungan wisatawan asing untuk Jawa Barat sebasar 700.000 orang per tahun, serta 37,5 juta wisatawan domestik akan tercapai bila “sumber daya dana” memadai. Budhiana mengalkulasikan supporting fund untuk seorang wisatawan asing dibutuhkan sebesar 10 Dollar AS, menurut standar internasional. Sementara supporting fund untuk seorang wisatawan domestik adalah satu Dollar AS.
20% dari nominal rata-rata pengeluaran tiap wisatawan, bila dipergunakan untuk pendanaan promosi wisata dan perbaikan infrastruktur akan meningkatkan kualitas potensi wisata menjadi target kunjungan para wisatawan.
Hingga saat ini para investor ragu-ragu ketika hendak menginvestasikan modalnya di bidang pariwisata Jawa Barat. Fakta ini, menurut Budhiana, tidak didukung oleh kebijakan pemerintah yang dapat memberikan kepastian hukum dan jaminan jangka panjang untuk para investor.
Pariwisata juga dibidik oleh Agum Gumelar, cagub Pilkada Jabar 2008. Media Center pasangan Aman (Agum-Nu’man) menjelaskan kepada Jurnal Nasional terkait kondisi pariwisata Jawa Barat jelang Pilgub Jabar 2008.
Agum Gumelar mengatakan bahwa keuntungan dari pariwisata Jawa Barat pada PAD Jawa Barat dan devisa nasional potensi besar kedua setelah minyak bumi. Namun demikian kesadaran wisata pada semua lapisan masyarakat diharapkan dapat merubah mindset semua pihak sehingga pariwisata tidak dianak-tirikan.
Industri pariwisata akan menjadi lokomotif perekonomian masyarakat, karena wisatawan membelanjakan uangnya dengan cash. Pembinaan yang konkrit di kantung-kantung budaya harus dilakukan dengan sistematis.
Modal tersebut akan mendorong perbaikan kebijakan untuk memperbaiki infrastruktur pariwisata Jawa Barat. Oleh sebab itu dibutuhkan konsep yang jelas dan tindakan konkrit dari semua pihak. Agum Gumelar sudah mulai melakukan pembinaan di daerah untuk meningkatkan kualitas produk wisata di berbagai sektor itu meski kapasitasnya bukan pejabat pariwisata.
Perhatian nyata ini harus dilihat secara positif oleh semua pihak, karena bukan dalam rangka kampanye pasangan cagub. “Hendaknya semua pihak bersikap objektif dalam melihat figure cagub dan cawagub. Media pers jangan membodohi masyarakat,” ujar Herry Dim, Direktur Media Center pasangan Aman di kantornya, Bandung, Sabtu (1/3) sore kepada Jurnal Nasional. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung).

Kampanye Berbungkus Sosialisasi Cagub dan Cawagub

Masa tenang sebelum 27 Maret memang rawan digunakan sebagai masa kampanye oleh tiap pasangan cagub dan cawagub. Tiga daerah kampanye menjadi sasaran para tim kampanye tiap pasangan calon.

Sabtu (1/3) siang ini anggota Panwaslu sudah mulai menertibkan atribut cagub dan cawagub yang ada di ruang public yang ada di Jalan Jakarta, kota Bandung. Baligo dan sepanduk dukungan kepada pasangan cagub dan cawagub diturunkan.

Seperti yang dikatakan anggota Panwaslu Jabar di Kantor KPUD Jumat (29/2) kemarin, bahwa panwaslu jabar sudah memebrikan instruksi ke pemerintah kabupaten dan kota di Jawa barat untuk menertibkan atribut pasangan cagub dan cawagub sebelaum masa kampanye 27 Maret mendatang.

Sementara dari Media Center pasangan Aman (Agum-Nu’man), Bandung, diperoleh keterangan bahwa hingga saat ini tim kampanye pasangan Aman belum menyebarkan atribut kampanye di daerah kampanye.

“Minggu-minggu ini belum waktunya kampanye, jadi belum ada atribut kampanye yang disebar. Adapun atribut kampanye seperti baligo atau poster di daerah itu bukan oleh kami tetapi inisiatif masyarakat sendiri yang mendukung pasangan Aman,” tegas Herry Dim, Media Center pasangan Aman.

Soal ketetapan DPT kemari yang ditolak pasangan Aman (Agum-Nu’man) dan Hade (Heryawan-Dede) ditegaskan Pojka Kampanye, Sosialisasi dan Pemutahiran Pemilih KPUD Jabar, Ferry Kurnia Rizkiansyah menegaskan kepada Jurnal Nasional bahwa “Ketetapan itu adalah kewenangan KPUD Jabar. Rapat Pleno terbuka yang diselenggarakan Jum’at kemarin adalah keinginan kami untuk transparan kepada publik. Tim kampanye tidak punya kewenangan untuk mengubah ketetapan itu.”

Kampanye atau Sosialisasi

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Institute Jawa Barat Sabtu (1/2) pagi menggelar dialog publik bertajuk ‘Demokrasi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan di Jawa Barat’ yang dihadiri oleh perwakilan pasangan Aman dan Da’I yaitu Nu’man dan Iwan R. Sulanjana di depan kantor Walhi Jabar.

Dialog public itu menjadi wahana kampanye bagi tim Aman dan Da’I, karena pemaparan kedua perwakilan pasangan calon memaparkan visi dan misi dan rencana kerja masing-masing terhadap persoalan lingkungan, pendidikan, sosial, ekonomi, serta birokrasi di Jawa Barat.

Kesempatan emas bagi tim Da’I dan Aman dimanfaatkan untuk memaparkan visi dan misinya kepada public meski terbatas jumlahnya. Dalam forum yang digelar Walhi Jabar itu banyak muncul ke permukaan semua persoalan Jawa Barat yang tidak hanya masalah lingkungan saja.

Iwan R Sulanjana memaparkan visi dan misinya yaitu reformasi birokrasi dan memberantas korupsi dengan konsep “learning by doing”. Akhirnya, Iwan R Sulanjana sebagai wakil tim Da’I tidak dapat menjawab pertanyaan forum dalam berbagai persoalan Jawa Barat karena ia belum memahami persoalan Jawa Barat secara rinci.

“Tunggulah nanti pelaksanaannya setelah saya terpilih. Sekarang s aya masih berangan-angan tapi pada dasarnya visi dan misi saya ke sana..anti korupsi, reformasi birokrasi.”

Nu’man juga memaparkan kompleksitas masalah di Jawa barat memang harus dibenahi oleh sistem strong leadership. Untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Jawa Barat, Nu’man mengatakan bahwa Jawa Barat membutuh pemimpin yang mampu menerobos barikade-parikade politik dan premanisme dalam dunia investasi.

Dialog publik yang diselenggarakan oleh Walhi Jabar itu dipandang sebagai salah satu bentuk kampanye oleh Ferry Kurnia Rizkiansyah dari KPUD Jabar. (Argus/Jurnal Nasional/Bandung).

Saturday, March 1, 2008

DPT dan TPS Pilgub Jabar 2008 Disahkan

KOMISI Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Jawa Barat mengesahkan rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar di Aula Kantor KPUD Jabar di Bandung, Jumat (29/2).

Rapat pleno penetapan jumlah pemilih terdaftar dan jumlah TPS di seluruh kota dan kabupaten di Jawa Barat siang itu dihadir oleh masing-masing tim kampanye cagub dan cawagub, jajaran Muspida Provinsi Jawa Barat, serta Panwaslu provinsi Jabar dan panitia Pilgub Jabar 2008 dari setiap wilayah.

Ferry Kurnia Rizkiansyah, Ketua Pokja Sosialisasi, Kampanye dan Pemutahiran Data Pemilih, KPUD Jabar kepada Jurnal Nasional kemarin, mengatakan, paling tidak ada tiga koridor yang harus dikondusifkan, antara lain: mekanisme normatif pelaksanaan hitung suara harus benar-benar sesuai dengan aturan tim PPK, KPPS dan panitia di TPS hendaknya bekerja berdasarkan asas jujur dan adil. KPUD Jabar, kata Ferry, mengharapkan mekanisme penghitungan suara harus transparan atau terbuka kepada masyarakat.

Data pemilih pada Pemilu tahun 2004, kata Ferry, terhitung 26 juta orang di Jawa Barat yang ikut dalam pemilihan umum presiden. Pada tahun ini kita pantas bersyukur karena jumlah pemilih terdaftar hampir mendekati angka 28 juta pemilih. "Data DPT yang nanti disahkan tidak boleh berubah setelah ditetapkan dan disepakati bersama," katanya.

Ferry juga merasa optimistis bawah pelaksanaan Pilgub Jabar 2008 tidak akan terjadi deadlock, karena semua tahapan dan mekanisme yang dilakukan oleh KPUD Jabar sudah sesuai dengan aturan.

Komisi Panitia Pemungutan Suara (KPPS) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) di tiap kota dan kabupaten se-Jawa Barat melaporkan jumlah pemilih terdaftar dan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang sudah disahkan di tingkat kota dan kabupaten.

Total rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar yang kemudian disahkan menjadi angka DPT adalah 27.972.924 pemilih dengan total 63.005 TPS. Dari hasil perhitungan daftar pemilih terdaftar yang ada di seluruh Kabupaten di Jawa Barat, jumlah pemilih Kabupaten Bogor terhitung paling besar setingkat Kabupaten, yaitu 2.752.898 pemilih. Sementara jumlah pemilih terbesar setingkat kotamadya adalah Kota Bandung dengan jumlah total DPT 1.585.684 pemilih. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)