Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan bahwa Pilgub Jabar 2008 berpotensi besar terhadap politik uang berdasarkan survei yang dilaksanakan LSI dari tanggal 9 - 12 Maret 2008 di Jawa Barat. Hal itu disampaikan Iman Suherman, peneliti utama dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Selasa (25/3) pagi di Ruang Nusantara - Hotel Mitra, Bandung.
Hasil survei LSI itu dimumkan dalam diskusi “Perilaku Politik Masyarakat Jabar”. Data LSI pun mendapat tanggapan kritis dari para wartawan dan tim sukses pasangan calon yang hadir dalam diskusi tersebut. Mereka mempertanyakan akurasi data hasil survei dan metode yang digunakan sehingga diperoleh perhitungan statistik bahwa Agum Gumelar sebagai kandidat calon gubernur dalam Pilkada jabar 2008 memperoleh angka paling tinggi ketimbang calon lain.
Dalam penjelasannya, Iman Suherman mengatakan bahwa prosentase dominan pada Agum Gumelar disebabkan oleh popularitas Agum Gumelar di media massa nasional. “Media massa berpengaruh besar terhadap pencitraan salah satu calon,” kata Iman Suherman. Meski demikian potensi golongan putih (golput) atau warga yang tidak memilih juga berpotensi sebasar 41,8 %.
Menurut Dede Mariana, peneliti UNPAD, mengatakan bahwa adanya potensi golput yang besar itu tidak bisa menyalahkan KPUD Jabar. “Yang penting adalah masalah itu dapat diselesaikan di tingkat ‘elit politik’,” kata Dede Mariana.
Toleransi pada politik uang yang ditunjukan LSI, mayoritas adalah masyarakat Jawa Barat (khususnya etnis Sunda) cenderung permisif terhadap praktik politik uang. Dede Mariana melihat paradigma itu sebagai implikasi dari kemiskinan yang hampir merata di Jabar sehingga masyarakat cenderung pragmatis, didukung oleh faktor budaya “bagaimana nanti”, serta ketidakpedulian atau ketidaktahuan akan pentingnya Pilgub.
Budi Rajab, Antropolog dan pengamat sosial (UNPAD) mengatakan bahwa paradigma masyarakat Jawa Barat pada praktik politik uang disebabkan oleh latar sejarah etnis Sundanya. Masyarakat Sunda menganal Tuan Tanah dan timpang secara social, ekonomi dan politik sejak 560 tahun yang lalu.
Pragmatisme masyarakat Sunda sehingga toleran terhadap politik uang memang tidak pernah diselelsaikan oleh pemimpin Jawa Barat hingga saat ini. Karena memang masyarakat Sunda memiliki sifat materialistik,terutama masyarakat menengah ke bawah karena kebutuhan ekonomi.
LSI juga menyatakan bawa masyarakat Jawa Barat memiliki karakter swing voter yang besar, yaitu sebesar 49,9 %. Karakteristik ini banyak terdapat pada masyarakat Jawa Barat bagian tengah ke utara (Bandung, Cimahi, Bandung Barat).
Dalam kesimpulannya, LSI menyatakan bahwa hasil survei yang dilakukannya menunjukkan bahwa Agum Gumelar memiliki potensi paling besar untuk dipilih oleh pemilih di Jawa Barat, ketimbang Danny Stiawan atau Yusuf Macan Efendi (Dede Yusuf). Itu ditunjukan oleh data Awarness Kandidat oleh LSI terhadap 1000 responden di seluruh kota dan kabupaten Jawa Barat. Agum Gumelar memiliki 78,2 %, Yusuf Macan Effendi (Dede Yusuf) 74,3 %, Danny Setiawan 47 %, Nu’man Abdulhakim 16,2 %, Ahmad Heriawan 15,6 %, Iwan Ridwan Sulanjana 9,9 %.
No comments:
Post a Comment