Saturday, September 6, 2008

Biografi Batin Diyanto

Hiruk-pikuk pengusaha, pedagang, dan masyarakat di lahan yang dahulunya rawa itu kini berganti pemandangan metropolis di kawasan yang telah menjadi tanah emas dan harapan. Tanah emas untuk art dealer dan kolektor karya seni rupa made in Indonesia dan tanah harapan bagi seniman.

Kesibukan masyarakat urban dan kemacetan lalu lintas sejenak dibungkam oleh ayunan pintu glasses Galeri Canna yang terletak di Jalan Boulevard Barat Raya Blok LC 6 No. 33-34, Kelapa Gading Permai, Jakarta. Hawa yang sedikit sejuk menerpa wajah para kolektor, art dealer, seniman, dan jurnalis yang hadir dalam acara pembukaan pameran tunggal Diyanto yang bertajuk "Minima Moralia" pada Senin (25/8) malam.

Diyanto, seniman dari Bandung dengan portofolio yang cukup mengesankan dengan karakteristik karyanya yang sejuk secara visual dan memikat karena aura dan roh lukisannya. Pesan humanisme yang mendalam di setiap karyanya selalu tergarap dengan apik. Lukisan berjudul "malin, diriku juga malin" berdimensi 140 x 200 cm dengan medium akrilik pada kanvas seakan langsung menginterupsi persepsi optis pengunjung Galeri Canna. Siapa Malin, apa konteks legenda masyarakat Sunda dengan Diyanto sang seniman, dan pertanyaan lain langsung tergusur ke otak penikmat lukisan tersebut.

Pada dinding seberang sebuah lukisan berjudul "sejengkal lebih sedepa" juga mengundang mata untuk melihat seorang anak kecil yang tergantung di dalam kain ayunan. Wajah yang hampir sama seperti mengendus persepsi penikmat lukisan. Wajah-wajah yang menjadi objek lukisan itu terhubung pula pada lukisan yang berjudul "untuk dan atas nama orang ramai #4" di lantai dua Galeri Canna yang dipajang bersama tiga lukisan dengan ikon bantal di seberangnya.

Menikmati lukisan Diyanto yang diramu dengan wacana moralitas yang minim dalam tajuk "Minima Moralia" memang tidak bisa dilakukan dengan sekilas. Sekejap saja tak akan mendapatkan apa-apa. Terutama pesan dan konteks yang hendak dibicarakan dari bidang-bidang kanvas yang dilukis oleh Diyanto dengan proses yang cukup lama dan intens. Lukisan "untuk dan atas nama orang ramai #4" berdimensi 280 x 390 cm yang terdiri atas tiga bidang kanvas hendak mengatakan representasi sebuah peristiwa selebritas seniman panggung. Hal itu mengingatkan kita pada sosok Diyanto yang juga penata artistik panggung dalam pentas-pentas teater.

Belum puas rasanya bila hanya mengamati keindahan lukisan Diyanto yang terpajang di lantai dua, keindahan yang sangat pribadi dalam amanat penikmat karya seni rupa berlanjut ketika enam lukisan terpajang dengan cukup apik mengolah suasananya. Suasana yang lain terasa sudah di atas sana. Enam lukisan terpajang rapi dengan setting penataan cahaya yang maksimal dan artistik pada dua dinding Galeri Canna lantai tiga.

Lukisan "suami isteri jam 3 pagi", "sang penanda", "dosa awal, "batang terakhir, "janji yang diingat", serta "awal pencarian" kian menguatkan pola intertekstualitas Diyanto dalam mengolah gagasan visual pada kanvasnya. Di mana teks saling terkait dan berdialog dengan konteks masing-masing yang berbeda namun satu pertanda, yaitu dirinya sendiri.

"Itulah puncak kesunyian manusia," kata Diyanto.

Aksen warna biru tua, kesan kedalaman, dan titik fokus pada sosok manusia dalam lukisan-lukisan "Minima Moralia" yang dikuatkan dengan lampu spot secara efektif menegaskan proses kreatif Diyanto yang dibubuhi memorabilia ruang privasinya pada jati diri seorang seniman. Teks "dosa" menjadi refleksi Diyanto pada peristiwa lampau yang menimpa adik kandungnya. Kematian dan kesunyian di dunia fana serupa uang logam, dua mata.

Sapuan akrilik warna biru tua pada kanvas yang melambangkan kesendirian di dalam keramaian itu sesungguhnya adalah gambaran seorang Diyanto dalam dunia seni sebagai seniman. Dia membuat metafora Sisipus sebagai simbol dirinya yang digambarkan secara eksplisit di atas kanvas yang berjudul "janji yang diingat" berdimensi 130 x 250 cm dengan medium akrilik di atas kanvas. Satu pertanyaan interupsi muncul di tengah keramaian pembicaraan pasar seni rupa kontemporer dan harga lukisan-lukisan sejenis adalah moralitas. Apakah moralitas yang diwacanakan oleh Aminuddin T.H. Siregar mengena pada persoalan-persoalan yang sering kali menjadi intrik perilaku para kolektor dan kurator atau bahkan senimannya.

Diyanto tidak secara eksplisit berbicara moralitas dalam dunia seni rupa Indonesia sekarang, tetapi justru menukik ke dalam dirinya sendiri sebagai seniman karena terlalu luas untuk diperbincangkan secara instan.

"Minima Moralia" seakan menjadi representasi dari masa lalu Diyanto melalui sepenggal masa lalu yang terus menghantui hidupnya. Masa lalu yang kelam dan tak terlupakan dalam batin Diyanto. Tema "Minima Moralia" pada lukisan-lukisan Diyanto dalam pameran tunggalnya kontekstual dengan situasi diri Diyanto dan seni rupa Indonesia dewasa ini. Aminuddin T.H. Siregar, dalam catatan kuratorialnya, mengupas sekilas sejarah sikap seniman dalam berkarya dengan memetik pernyataan sikap S. Sudjojono yang menolak moralitas dalam praksis berkesenian. Apakah seniman lukis zaman sekarang juga demikian? Itu hanyalah premis awal yang harus dikaji dan diperbincangkan di luar forum kesenian karena berada di ranah politik kebudayaan.

"Minima Moralia" adalah sebuah ruang renungan pribadi seorang Diyanto pada kanvas-kanvas berdimensi lebih dari satu meter dengan aksen warna biru pada hampir seluruh karyanya. "Setiap karya adalah pencarian kejujuran," ujar Diyanto seusai pembukaan pameran tunggalnya di Galeri Canna, Senin (25/8) malam.

Akhirnya, pameran tunggal Diyanto yang digelar pada 25 Agustus-3 September 2008 itu mungkin suatu jarak waktu yang pendek untuk para kolektor memburu karya Diyanto yang "schizofrenia" dalam perbincangan moralitas manusia-seni kontemporer. (H.U. Pikiran Rakyat, 6 September 2008 - Lembar Khazanah)

Wednesday, August 13, 2008

Dekade Dedikasi: 10 Tahun Selasar Sunaryo Art Space

Dalam rangka memperingati 10 Tahun Selasar Sunaryo Art Space (SSAS), kami menyelenggarakan rangkaian program bertajuk “Dekade Dedikasi: Mengenang 10 Tahun Selasar Sunaryo Art Space”. Rangkaian program tersebut terdiri dari:
1. Pameran “A Decade of Dedication: Ten Years Revisited” yang memamerkan karya-karya dari seniman-seniman terpilih yang pernah berpameran di SSAS: Adhya S. Ranadireksa, Agus Suwage, Arin Dwihartanto, Ay Tjoe Christine, Ahadiat Joedawinata, Anggun Priambodo, Arief Tousiga, Asmudjo Jono Irianto, Dadan Setiawan, Deden Sambas, Diyanto, Duto Hardono, Erik M. Pauhrizi, Gusbarlian Lubis, Handiwirman Syahputra, Haryadi Suadi & Radi Arwinda, alm. Hendrawan Riyanto, Heri Dono, Joko Dwi Avianto, Jumadi Alfi, Muhammad Irfan, Nindityo Adipurnomo & Mella Jaarsma, Rizki Resa Utama (Oq), R.E. Hartanto, Rosid, Rudi Mantofani, Seno Gumira Ajidarma, Sunaryo, Tisna Sanjaya, TROMARAMA (Febie Babyrose, Ruddy A. Hatumena, Herbert Hans), VIDEOBABES (Prilla Tania & Ariani Darmawan), Yunizar, Yusra Martunus, Yusuf Ismail. Pameran akan berlangsung sampai 26 September 2008.
2. Peluncuran buku “ Dekade Dedikasi / A Decade of Dedication” yang berisi catatan, esai, dokumentasi kegiatan dan rancangan program jangka panjang SSAS. Buku ini akan memuat kontribusi beberapa penulis nasional maupun internasional, yaitu: Jim Supangkat, Sardono W. Kusumo, Yuswadi Saliya, Rizki A. Zaelani, Patrick Duarte Flores, Agung Hujatnikajennong, Asmudjo Jono Irianto, Hendro Wiyanto, Aminudin TH Siregar, Gustaff Hariman Iskandar, Hendro Wiyanto, Wulandani Dirgantoro, R.E.Hartanto.
3. Peluncuran website http://www.selasarsunaryo.com/ dengan penampilan baru.
4. Peresmian fasilitas baru SSAS, yaitu “Pustaka Selasar”.
Keseluruhan program akan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Jum’at,5 September 2008, Waktu : Pukul 15.30 – 19.00 WIB, Tempat : Selasar Sunaryo Art Space Jl. Bukit Pakar Timur no.100 Bandung. Akan diresmikan oleh : Goenawan Mohammad.
Pengantar
Semenjak pendiriannya pada tahun 1998, Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) telah menjadi tempat yang memiliki reputasi bertaraf nasional dalam hal penyelenggaraan berbagai kegiatan seni budaya. Sepuluh tahun memang bukan waktu yang panjang, namun, dalam perjalanannya SSAS telah berkembang menjadi institusi yang semakin besar, baik dari segi skala program yang diselenggarakan, fasilitas fisik dan organisasi. Semua itu mengarah pada realisasi dan pengembangan visi dan misi yang telah dicanangkan, yakni menjadi pusat penyimpanan, pameran dan pengkajian karya-karya Sunaryo sebagai figur penting dalam khasanah seni rupa Indonesia.
Menjadi pusat kegiatan seni budaya yang paling aktif dalam skala nasional maupun internasional melalui penyelenggaraan pameran seni rupa dalam pengertian yang luas, seni pertunjukan, pemutaran film dan forum pertukaran pengetahuan yang terbuka untuk publik mendukung terselenggaranya mekanisme medan sosial seni yang sehat dan ideal demi pembangunan infrastruktur seni rupa di Indonesia.
Tujuan Program
Menginjak tahun kesepuluh ini, SSAS ingin membuat suatu kegiatan yang bermaksud menggarisbawahi dan menyosialisasikan semua catatan perkembangan yang terjadi dalam lembaga ini.
Dengan tujuan mempublikasikan visi dan misi SSAS secara lebih luas dan mendalam dalam skala nasional maupun internasional. Hal ini sangat penting mengingat SSAS didirikan dan dijalankan untuk kemaslahatan publik yang semakin luas di masa-masa mendatang. Menandai pencapaian SSAS dalam 10 tahun terakhir dan melihat kontribusi yang telah dilakukan pada publik dan perkembangan seni budaya pada umumnya. (Agung Hujatnikajennong – Kurator Pelaksana Harian SSAS).
Besar harapan kami kegiatan ini dapat diliput sebagai salah satu kegiatan budaya di Bandung khususnya dan skala nasional pada umumnya.
Hormat kami,
Anggia Tresna
[Program Manager]
(Program ini terbuka untuk umum dan gratis!!!)

Monday, August 4, 2008

Bandung Kotaku Hijau Dikunjungi Belasan Ribu Warga

Bandung Kotaku Hijau Tanamkan Kesadaran Menjaga Lingkungan

Kampanye lingkungan hijau di kota Bandung dalam bentuk festival seni budaya berwawasan lingkungan, Bandung Kotaku Hijau, yang diselenggarakan oleh Republic of Entertainment dengan sponsor Sampoerna Hijau dan XL di Lapangan Parkir Barat Tegallega Bandung pada Sabtu (2/8) dibuka secara oleh Pejabat Walikota kota Bandung yang dibacakan oleh Nana Supriatna dari BPLH kota Bandung.

Wawan Juanda, Presiden Republic of Entertainment, dalam sambutan pembukaannya mengatakan, “Event Bandung Kotaku Hijau sudah dimulai dengan penanaman 10.000 pohon di Bandung sejak Rabu (30/7) oleh Republic of Entertainment dan masyarakat. Penanaman pohon secara formal akan dilaksanakan pada hari Minggu (3/8) sebanyak 200 pohon di wilayah Bandung barat dan Bandung Timur oleh Sampoerna Hijau, Republik of Entertainment, wartawan dan masyarakat.”

Program Corporate Social Responsibility (CSR) HM Sampoerna melalui acara Bandung Kotaku Hijau dengan tajuk Sampoerna Hijau Kotaku Hijau ini mendapat sambutan positif dari pemerintah kota Bandung beserta jajarannya. Brand Manager Sampoerna Hijau, Suminto Alexander Hermawanto mengatakan bahwa Bandung Kotaku Hijau bertujuan mengajak masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan. Dan sampai saat ini sudah terkumpul 10.000 sms, sehingga sudah terkumpul juga 10.000 pohon karena satu sms sama dengan satu pohon untuk penghijauan.

“Pada tahun ini akan digelar Anugerah Hijau untuk memberikan penghargaan kepada kota-kota yang telah menyelenggarakan Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Anugerah Hijau akan dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 10 Agustus 2008. Kota yang mendapat anugerah dipilih dari 30 kota yang telah menyelenggarakan Sampoerna Hijau Kotaku Hijau,” kata Suminto Alexander Hermawanto. Selain itu Suminto Alexander Hermawanto juga mengatakan bahwa pohon-pohon yang sudah ditanam akan dipelihara untuk tetap tumbuh.

Pemeliharaan pohon penghijauan itu dilaksanakan secara regular di daerah masing-masing. Kepala BPLH kota Bandung Nana Supriatna mengatakan bahwa Bandung Kotaku Hijau selaras dengan visi Bandung Hijau yang terangkum di dalam 7 program kota Bandung.

“Pemerintah kota Bandung memberikan penghargaan kepada Republic of Entertainment sebagai inisiator perwujudan Bandung Hijau, dan kepada Sampoerna Hijau yang telah mesponsori program Bandung Kotaku Hijau,” kata Pejabat Walikota Bandung Edi Siswadi yang dibacakan oleh Nana Supriatna.

Ruang terbuka hijau sangat penting untuk visi Bandung di masa yang akan datang. Untuk mewujudkan kota Bandung yang bersih, makmur, taat dan bersahabat. Acara pembukaan yang dilaksanakan pada Sabtu (2/8) pagi tadi dilanjutkan dengan penyerahan pohon Patrakomala oleh Sampoerna Hijau kepada yang mewakili Pejabat Walikota Bandung. Kemudian dilanjutkan dengan penanaman pohon di area parker barat lapangan Tegallega, Bandung oleh perwakilan Sampoerna Hijau, XL, Republic of Entertainment, BLH kota Bandung, Polwiltabes Bandung. Usai penanaman pohon secara simbolis dan bersama-sama tersebut di atas. Para tamu dan undangan mencicipi kuliner khas Bandung, kemudian tour the venue di Bandung Kotaku Hijau.

Di booth Bandung Kotaku Hijau digelar workshop mengenai lingkungan. Mulai dari penanaman pohon tanpa lahan sawah (Urban Rice Field), bio energi, komunitas mainan anak Sunda, Bird Food Table, Natural Fiber & Colour, kertas daur ulang, Akar Wangi, bamboo instrument, Eco Lifestyle, dll, juga kuliner khas Bandung. Sampai pukul 13.40 total pengunjung sudah mencapai 500 pengunjung.

Mereka mengikuti games di booth Sampoerna Hijau, games dari XL, aplikasi bike to work, yaitu tour the venue dmenggunakan sepeda. Sepeda merupakan kendaraan alternatif di kota Bandung untuk mengurangi kontribusi polusi udara dari CO2 yang dihasilkan mesin kendaraan bermotor. Pengunjung juga mendapat panorama aksi dari kelompok seniman Ganiati di area Bandung Kotaku Hijau. Tidak hanya itu, musisi asal Bandung juga menghibur pengunjung Bandung Kotaku Hijau sepanjang hari.

Komentar dari talent musisi yang terlibat dalam Bandung Kotaku Hijau mengenai event ini disambut sangat positif. Karena melalui Bandung Kotaku Hijau musisi dapat mengampanyekan lingkungan bersih dan hijau untuk kota Bandung yang sudah terasa panas akibat berkurangnya lahan hijau dan polusi kendaraan bermotor.

Talent yang tampil di panggung Bandung Kotaku Hijau antara lain, Heaven, Hope Land, These R Fake, Ricketsia, Baby Eat Crackters, Ozenk Percussion, Boys Are Toys, The Ababil, JikuNSpraiN, The Sigit. Jikun (JikuNSpraiN) mengatakan bahwa bandung sekarang sudah tidak nyaman akibat pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan. Banyaknya kendaraan bermotor membuat Bandung sesak oleh polusi karbon sehingga udara jadi panas dan tidak sehat.

Oleh karena itu, menurut Jikun, musisi Bandung sangat mendukung gerakan penghijauan lingkungan dimulai dari kesadaran masing-masing untuk membuat lahan hijau di lingkungan masing-masing. "Kami sebagai musisi selain bisa mengampanyekan lingkungan hijau melalui musik dan mengajak audiens kami, paling tidak menanam pohon di rumah kami sendiri, hemat energi dan tidak membuang sampah semabarangan," kata Jikun usai tampil memukau di panggung Bandung Kotaku Hijau di Lapangan Parkir Barat Tegallega Bandung, Minggu (3/8) malam.

Tidak kalah menarik juga Bandung Kotaku Hijau adalah fashion show berjudul Eco Fashion. Sebuah catwalk fashion yang mengekspose desain dan bahan pakaian dari serat alam. Ada juga Eco Narator yang mengelilingi tempat pengunjung berkumpul untuk menyampaikan pesan-pesan lingkungan hijau. Street Dance dan Eco Carnival juga tak kalah menariknya untuk dijadikan wisata budaya di bandung Kotaku Hijau.

Pada hari Minggu (3/8) pagi dilakukan penanaman pohon rambutan dan suku secara simbolis di kawasan Pasir Impun (Bandung Timur) dan Desa Padalarang (Bandung Barat) oleh wartawan, HM Sampoerna Tbk, masyarakat dan tim Republic of Entertainment, komunitas Land Rover Bandung. Penanaman pohon yang dilaknanakan dalam rangka Bandung Kotaku Hijau oleh Sampoerna Hijau dan Republic of Entertainment di kawasan Padalarang sudah ditanam sebanyak 900 pohon rambutan sejak tanggal 31 Juli 2008 meliputi kampung Babakan Loa dan desa Padalarang meliputi RW 07, 10 dan RW 23.

Kepala Desa Padalarang, Asep Sunarya mengatakan, ”Gerakan penghijauan di desa Padalarang yang didukung oleh Sampoerna Hijau selaras dengan program penghijauan di desa kami. Dengan ada acara ini kami atas nama warga desa Padalarang mengucapkan terima kasih kepada Sampoerna Hijau.”

”Pilihan lahan di desa Padalarang dipertimbangkan karena daerah ini merupakan daerah atas, sehingga penghijauan multifungsi. Penanaman pohon ini berfungsi untuk mencegah erosi tanah, dan pembuatan daerah resapan air karena letaknya di dataran tinggi,” jelas Asep Sunarya usai melakukan penanaman 200 pohon rambutan di perumahan Graha Padalarang Indah, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, bersama Manager Media Relation HM Sampoerna, Veranita Kuspratiwi, dan Republic of Entertainment, komunitas Land Rover dan wartawan Bandung, Minggu (3/8) pagi.

”Kepedulian masyarakat mengenai lahan hijau sangat penting. Kami dari HM Sampoerna Tbk bertindak sebagai inisiator dalam gerakan Bandung Kotaku Hijau ini. Kami juga akan tetap mengawasi dan memelihara pohon-pohon yang sudah ditanam, karena program ini merupakan program bersama untuk menciptakan lingkungan hijau,” jelas Manager Media Relation HM Sampoerna, Veranita Kuspratiwi, Minggu (3/8) pagi di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.

Gelaran Bandung Kotaku Hijau di lapangan parkir barat Tegallega ditutup dengan acara fashion show karya mahasiswi STSI Bandung dan penampilan band Pure Saturday dan Rocket Rockers pada Minggu (3/8) malam.

Tuesday, July 29, 2008

Urgent: Remaja Sukabumi Terancam Maut Akibat Sakit Jantung Bawaan Lahir

Remaja Sukabumi Butuh Bantuan Segera Obati Jantung Cacat Lahir.................... Hilman, 15 tahun, sudah dua minggu terkujur di atas tempat tidur tak berdaya akibat penyakit jantung yang dibawanya sejak lahir......................... Anak ketiga dari bapak salim, 58 tahun, yang juga sedang sakit terkena stroke, itu membutuhkan bantuan segera untuk pengobatan Hilman yang cacat jantung sejak lahir itu. penyakit jantungnya bukan disengaja dibiarkan, tapi karena memang tidak mampu membiayai pengobatan Hilman tutur sang Ibu di Jalan Selabintana KM3 Rt 09 RW 02 No. 352, Desa Warnasari, Kecamatan Sukabumi 43151, Selasa (29/7) malam kepada Bandung News....................... Penyakit Hilman seterusnya menjadi kambuhan. Dua minggu terakhir dadanya terasa sesak untuk bernafas. Pernah dibantu pengurusan administrasi ke Rumah Sakit jantung Harapan Kita, Jakarta, oleh pengurus RT dan RW setempat akan tetapi tidak pernah ada kabar......................... Rumah sakit setempat pun seakan menolak perawatan apalagi melaksanakan operasi jantung Hilman..................... Menurut kakak kandungnya, Intan (24) di Bandung pada Selasa (29/7) malam, bahwa penyakit jantung yang dideritakan oleh adiknya, Hilman, sudah ada sejak lahir dan mengalami kebocoran pada klepnya................. Kini keluarga malang itu hanya bisa menunggu bantuan donor untuk membiayai pengobatan Hilman di rumah sakit secara layak......................... "Dia masih muda dan ingin meneruskan sekolahnya, walaupun sering bolos karena jantungnya sering kambuh," kata ibunya......................... Pak Salim, ayah kandung, tak berdaya di atas tempat tidur karena stroke yang dideritanya. Pak Salim pun tak bisa bicara, hanya kedipan mata dan cucuran air mata ketika mengetahui penyakit jantung anaknya kambuh lagi......................... "Kalau ada orang yang baik hati, tolonglah anak saya," ujar sang ibu.................... Pak Salim adalah salah satu keluarga yang kurang mampu, kedua anaknya yang sudah bekerja hanya mampu memberi penghidupan sehari-hari saja.......................... Melalui berita ini, Bandung News memberi kesmepatan kepada semua pihak untuk membantu meringankan penderitaan keluarga Pak Salim di Sukabumi. Hilman sangat membutuhkan bantuan karena orang tuanya tak bisa lagi mencari nafkah akibat stroke yang dideritanya setahun terakhir........................... Bagi siapa pun yang berniat menolong keluarga Pak Salim bisa menghubungi Bandung News di 081802109157 (Argus)

Thursday, July 17, 2008

Pemasaran Industri Kreatif Bambu Harus Dibenahi

Indonesia memiliki 7000 jenis bambu yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi ekonomi kerakyatan dengan mengembangkan kreatifitas masyarakat lokal melalui kreasi produk yang dapat dikonsumsi oleh pasar dunia.

Saat ini, bambu sudah dikembangkan secara ekonomi oleh Saung Angklung Udjo dengan menggelar pertunjukan musik bambu, yaitu musik angklung. Selain berdampak ekonomi yang positif, bambu juga dikembangkan melalui alat musik yang berfungsi ganda, yaitu seni pertunjukan dan sarana pendidikan musik.

Program wisata budaya yang dikembangkan Saung Angklung Udjo di Bandung sudah memberikan sumbangan devisa kepada negara yang cukup signifikan. Tidak hanya itu, seni pertunjukan angklung juga memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar dengan pembinaan menjadi sentra industri angklung guna memenuhi kebutuhan pasar alat musik angklung dengan perputaran uang senilai 10 miliar rupiah per tahun.

Konsep community development yang dikembangkan dalam industri kreatif bambu itu sekarang sudah bisa menghidupi 200 keluarga dan 121 pengrajin bambu yang aktif se-Jawa Barat.

Meski demikian pola pembinaan industri kreatif berbasis ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan komoditas bambu perlu diperbaiki untuk pencitraan internasional bahwa komoditas bambu adalah kekayaan sekaligus kearifan lokal yang bernilai ekonomis.

Komoditas bambu berpotensi tinggi secara ekonomi dengan kemasan pertunjukan musik angklung. Untuk meluaskan pasar komoditas yang dikreasi melalui bambu maka Saung Angklung Udjo akan menggelar Workshop dan Temu Pasar Kerajinan Bambu pada tanggal 5-29 Agustus 2008 di Saung Angklung Udjo, Bandung.

”Bambu sangat potensial menjadi basis ekonomi kerakyatan dengan mengembangkan industri kreatifnya yang saat ini memiliki permintaan pasar yang sangat besar,” kata SatriaYanuar Akbar, Operational Director Saung Angklung Udjo, di Bandung, Kamis (17/7) pagi.

Kenaikan nilai ekonomi dan investasi pada tahun 2006-2007 tercatat sebuah peningkatan 92% atau 3 miliar rupiah untuk memenuhi sebagian besar pasar komoditas di Korea, Jepang, dan Malaysia. Sementara itu pada semester pertama tahun 2008 tercatat nilai perputaran uang sebesar 10 miliar rupiah di kawasan kecamatan Padasuka, Bandung.

Satria lebih lanjut mengatakan bahwa investasi itu berlangsung dengan konsep community development sehingga terbangun ketergantungan secara bersama karena satu sama lain saling menghidupi. Misalnya, produksi petani bambu disalurkan kepada pengrajin pada beberapa unit kerja, antara lain produksi angklung, pemasaran dan after selling.

Agus Muharam dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan - Deperindag RI, mengatakan saat ini perlu dikembangkan konsep one village one product.

”Konsep itulah yang kini sedang berjalan di bawah pengelolaan industri kreatif bambu Saung Angklung Udjo,” pungkas Satria Yanuar Akbar.

Dengan demikian, perlu sinergitas semua pihak untuk memberikan dorongan positif terhadap investasi industri kreatif. Sehingga sentimen nasionalisme dan kearifan lokal yang mendorong peningkatan permintaan pasar melebihi 10 miliar rupiah per tahun dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Ditargetkan masyarakat dapat terlibat secara ekonomi untuk kesejahteraannya. Petani yang sudah aktif mendorong industri bambu ini antara lain Sumedang, Suakbumi, dan Majalengka.

Program Workshop dan Temu Pasar Kerajinan Bambu pada tanggal 5-29 Agustus 2008 di Saung Angklung Udjo Bandung nanti akan menghadirkan 93 buyer potensial, 5 universitas se-Jawa Barat untuk menopang manajemen kemasan produk, serta melibatkan 10 kelompok industri kreatif binaan.

Melalui strategi pewacanaan itu diharapkan masyarakat Jawa Barat dapat terlibat guna memenuhi kebutuhan produk bambu yang saat ini mencapai 19.000 unit per bulan, padahal kemampuan para pelaku industri baru mencapai 6000 unit per bulan. (Argus Firmansah/Bandung)

Saturday, July 12, 2008

Saying What Others Might Not Journalistic Imperatives

The world of journalism, like any other profession, can be muddled with a plethora of distractions, self-interests and agendas that certainly do not serve the cause of a free press. Outside as well as inside pressures and interests often compromise the very essence of the journalist's mission.

In general terms, a journalist should hold her or himself accountable to some basic guiding principals, the attainment of which are at times extremely difficult: to relay the story the way the journalist sees it, not the way she or he is expected to see it; to avoid sensationalism, and to adhere to as much objectivity as possible.

A journalist is a conveyor of information, whether that is regarding a car accident on a highway or the news of a village that was wiped off the map in Afghanistan. Regardless of what story is being told, a journalist must consult his or her conscience in the way the story is conveyed, without fear and without regard for anyone's vested interests. On a practical level, there comes a time when a journalist has to take sides; when one's moral responsibility compels one to take the side of the victim, the weak, the dispossessed and the disadvantaged.

Through many years I have found, to my dismay, that often the authentic story is the least of anyone's concern. A poignant example of this is the Western media's representation of the Mid-East- based Al-Jazeera network. At their inception, various Western powers and their respective media initially welcomed Al-Jazeera, as it, at that time, seemed primarily focussed on exposing the dirty laundry of Arab regimes. It was encouraged, celebrated and often used to highlight the intolerance of Arab states to freedom of expression rights.

It was only after the terrorist attacks of 9/11 and the deadly war on Afghanistan, and later Iraq, that Al-Jazeera was transformed from being an "island" of democracy and freedom to a derided mouthpiece of terror. The fact is nothing has really changed in the way Al-Jazeera conducts its reports, a process that entails including all involved parties to make a case for themselves and "grilling" all those involved, largely with the same journalistic standards. It was truly unfair that Al-Jazeera was reduced from a complex media body to an "Osama bin Laden network".

This type of reductionism is beneficial, however, to some, for it diverts debate from issues of great import to that of pointing fingers and making what is immaterial the essence of discussion. That said; there are many in the West who enjoy Al-Jazeera's presence and have borrowed heavily from the network to make a case for their opposition to war.

But it must also be said that within Al-Jazeera itself similar agendas and interests cloud the presentation of many issues. Al-Jazeera is a very complex structure, with many internal pushes and pulls, many within who have their own self-serving agendas, just like anywhere else. It's not a cohesive political structure and is indeed subject to its governmental and personal interests. But again, it was wrongly viewed with reductionism, exaggeration and hype.

While many would find that alternative forms of media are the answer to such growing problems as these, current media trends testify to the fact that more is not always better and that advanced technologies, while they may advance certain aspects of communications and allow disadvantaged groups greater access, also create useless competition and misinformation. But for the most part, today's media -- those outlets particularly manifested through large media conglomerates -- are establishments with clear political agendas, explicit or subtle, but unmistakable.

In a recent article I wrote, "Managing consent: the art of war, democracy and public relations", I tried to trace the history of that relationship between the state, the corporation and the media. In a more recent article, "Media language and war: manufacturing convenient realities", I attempted to further refashion the discussion to more contemporary periods, using Iraq as the centrepiece. Generally, I think that the media is willingly used -- or allows itself to be used -- for political agendas and for state propaganda, a role that can only be described as fraudulent. Nonetheless, the huge gap left open by subservient corporate media called and allowed for the development of alternative means of communication, some with their own agenda but widespread enough to balance out.

At the end of the day, members of the press must answer to themselves, fellow citizens and those whom they represent in their reports. Making waves and making enemies in this line of work does not necessarily mean you are doing anything wrong. On the contrary, you may indeed be on the right track. It is when you speak out on issues that cause discomfort or offence that you truly find your integrity as a writer. You learn quickly that you cannot necessarily have friends in high places and at the same time maintain the trust and respect of those on the ground.

In my own experience, there are moments -- if rare -- when I feel gratified; when I know that I have raised enough awareness regarding a certain topic, moving it from the rank of the negligible to that worthy of attention. I felt exhilarated when one of my articles resulted in a fiery statement from an embassy, demanding that my articles be blocked from that country's newspapers. I very much like it when a newspaper in Nigeria, or a Burmese opposition newspaper, for example, runs my articles regarding matters in their respective countries. Such endorsements may perhaps raise some eyebrows, but they are also indication that you are on the right track. (Ramzy Baroud)

About Writer:

Ramzy Baroud is an author and editor of PalestineChronicle.com. His work has been published in many newspapers and journals worldwide. His latest book is The Second Palestinian Intifada: A Chronicle of a People's Struggle (Pluto Press, London).

Source:

http://www.counterpunch.org/baroud07062008.html

Friday, July 4, 2008

Rempah, Bisnis dan Gaya Hidup

Gaya hidup sehat kini menjadikan rempah-rempah sebagai salah satu komoditas yang dicari. Tengok racikan minuman sehat alami seperti kunyit dan jahe. Lalu beragam aroma terapi yang diambil dari tumbuh-tumbuhan seperti kayu manis dan jahe. Istilah hidup back to nature membuka peluang bisnis pengembangan beragam komoditas ini.

Nusantara ini, begitu kaya akan rempah-rempah. Investasi di bidang itu, kini mencapai lebih US$20 miliar. Namun, lagi-lagi, potensi yang besar belum tergarap optimal karena mengalami kendala. Contohnya di Jawa Barat, pemasaran produk ini memerlukan terobosan baru. Untuk itu, diadakan kegiatan Spice Fest 2008 (festival rempah).

Ketua Kerukunan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia (KUKMI) Jawa Barat Teti Kadi mengatakan, Spice Fest 2008 yang akan digelar 5 Juli merupakan pembinaan bagi petani rempah-rempah agar berkembang dan maju.

Pendapatan asli daerah (PAD) Jawa Barat dari sektor pertanian sebesar 50 persen. Karena itu pola pembinaan petani harus diubah agar bisa mandiri dalam mengelola produksinya.

“Pertanian Jawa Barat harus bangkit dan maju,” katanya dalam jumpa pers di Bandung, Selasa (1/7) pagi.

Produk organik yang berkembang sekarang ini memang mahal tetapi bisa menjadi solusi ketahanan ekonomi petani bila dikelola dengan baik.

Kebutuhan rempah-rempah di Singapura saja mencapai 100 ton per hari meliputi berbagai jenis rempah antara lain jahe, lengkuas, kunyit, kencur, dan lain-lain. Potensi itu, kata Teti, harus dimanfaatkan dengan mempromosikan rempah-rempah unggulan dari Jawa Barat. Setidaknya ada 50 jenis rempah di Jawa Barat sedang dibudidayakan sebagai potensi ketahanan pangan.

Kasubdin Pengelolaan Panen dan Pemasaran Dinas Pertanian Jawa Barat Sri Ratna Pertiwi mengatakan, pembinaan para petani pangan, agrokultur serta pengusaha usaha kecil menengah (UKM) belum maksimal. Untuk itu, kegiatan Spice Fest menjadi jembatan Dinas Pertanian untuk pembinaan kepada petani rempah.

Spice Fest akan menjadi wahana transaksi para buyer tingkat nasional dan internasional dengan petani rempah yang menggarap sebanyak 7.000 jenis. KUKMI Jabar bertindak sebagai pembina pemasaran dalam Spice Fest 2008 ini.

Sri mengatakan mengungkapkan, rempah-rempah yang dihasilkan Jawa Barat sudah lebih dari 6.800 ton per tahun dari Sukabumi, Sumedang, Garut, Majalengka, Kuningan, Cirebon, dan kabupaten lain. Komoditas itu dipasok untuk memenuhi kebutuhan rempah di Jepang, Taiwan, Singapura, dan negara lainnya.

Dalam kegiatan festival rempah itu juga dibagikan 1.000 pohon rempah untuk ditanam di rumah-rumah dan taman kota. “Tujuannya, menata lingkungan Kota Bandung lebih hijau,” kata Wawan Juanda, panitia Spice Fest 2008.

Spice Fest 2008 akan digelar bagi masyarakat Jawa Barat dengan kegiatan seputar rempah-rempah. Seperti SpiceTalk yang membincangkan pemanfaatan rempah-rempah untuk kesehatan, Spice Mart menyajikan UKM di komoditas rempah dan pertanian lainnya, acara musik jaz bertemakan rempah-rempah, yaitu Spice Jazz, dan lain-lain. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)

Saturday, June 28, 2008

Warga Jabar Banyak Terlibat Kasus Narkoba

Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2008, Polda Jabar dan Pemprov Jabar musnahkan miras dan ganja. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memprioritaskan program pencegahan bahaya penggunaan narkoba pada generasi muda, khusunya pelajar. Hal itu diungkapkan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat serta jajaran Polda Jabar pada Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional di tingkat provinsi Jawa Barat di lapangan Gasibu, Bandung, Kamis (26/6) pagi.

Jajaran Polda Jabar memusnahkan 553.479 botol miras senilai 3.899.500.000 rupiah dan ganja seberat 34 Kg senilai 119.000.000 rupiah di lapangan Gasibu Bandung disaksikan Kapolda Jabar, Kapolwiltabes Bandung, Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. jajaran Kejaksaan Tinggi Jabar serta Muspida porvinsi Jawa Barat sebagai tindak lanjut dari operasi pekat yang dilakukan jajaran Polda Jabar pada bulan Januari sampai Juni 2008.

Kapolda Jabar Irjen. Pol. Susno Duadji mengatakan bahwa 98% warga Jabar memenuhi ruang tahanan kasus narkoba, melebihi jumlah pelaku jenis pidana lainnya. Dengan melihat jumlah para pelaku kasus narkoba, lanjut Susno Duadji, dapat dipastikan satu juta penduduk Jawa Barat pernah menggunakan atau berhubungan dengan narkoba.

Upaya pemberantasan miras dan narkoba terus dilakukan jajaran Polda Jabar untuk mempersempit ruang gerak penyebaran narkoba di masyarakat Jawa Barat.

“Pembinaan moral untuk remaja di Jawa Barat perlu dilakukan dengan pendidikan agama dan kegiatan yang positif seperti kegiatan seni budaya,” kata Ahmad Heryawan usai pemusnahan miras dan narkoba di lapangan Gasibu Bandung, Kamis (26/6) pagi.

Sementara Wagub Jabar Yusuf Macan Efendi mengatakan bahwa program pembinaan bagi para pelaku pidana narkoba salah satunya adalah dengan kerja sosial. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat mengurangi ego pelaku secara psikologis.

“Kerja sosial itu bisa diwujudkan dengan bekerja di panti sosial sebagai bentuk efek jera bagi pelaku yang merupakan anak pejabat. SK Gubernur untuk pelaksanaan program pembinaan dalam bentuk kerja sosial sedang disipkan,” ujar Yusuf Macan Efendi sebagai ketua Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat usai mendampingi Gubernur dan Kapolda Jabar.

Mengenai masalah rokok di kalangan pelajar di Jawa Barat, Yusuf Macan Efendi juga mengatakan bahwa Perda mengenai distribusi rokok akan dibuat setelah diskusi dengan DPRD Tingkat I Jawa Barat. Hal itu diakui Wagub jabar karena memang Perda mengenai rokok belum ada di pemprov Jabar.

Pemprov Jabar hanya dapat mengupayakan pembatasan rokok di kalangan pelajar dengan membuat regulasi mengenai distribusi rokoknya di daerah yang sinyalir dapat diperoleh dengan mudah oleh para pelajar saat ini.

Sementara itu Kapolda Jabar mengatakan saat ini penyelesaian kasus moneylaundry dari pajak belum selesai karena terputus di birokrasi Departemen Keuangan RI. Saat ini Kapolda Jabar sudah melakukan kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dengan indikasi tindak pidana korupsi.

“Kasus korupsi belum selesai karena dokumen pajak dari Departemen Keuangan belum diberikan padahal sudah satu bulan prosedurnya dilaksanakan. Katanya Menteri Keuangan mendukung penyelesaian kasus ini tapi inilah hasilnya,” ujar Susno Duadji di lapangan Gasibu Bandung. (Argus Firmansah/Bandung)

Friday, June 27, 2008

Sediakan Red Carpet untuk Investor

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sedang memproses regulasi penanaman modal dengan sistem pelayanan satu pintu. Regulasi tersebut diharapkan menjadi terobosan untuk mereformasi birokrasi bagi pengusaha dalam melakukan investasi di Indonesia.
Paket regulasi tersebut tidak berjalan jika tak ada peran daerah. Kepala BKPM M. Lutfi mengatakan hal itu di hadapan puluhan nasabah utama HSBC di Bandung, Senin (23/6) malam.
Layanan terpadu satu pintu yang kemudian disebut dengan Red Carpet itu merupakan strategi untuk meningkatkan investasi. M Lutfi mengatakan industri energi dan pangan adalah lahan investasi yang sangat menarik untuk masa depan. "Pendapatan dari bisnis energi itu sangat besar dan menjanjikan, " katanya dalam Seminar Wealth Management, "Oil & Global Food Issues: A Perspective on The Opportunities", di Ardjuna Hotel, Ciumbuleuit, Bandung.
Seminar seri pertama yang diselenggarakan HSBC Premier kepada para nasabahnya itu menghadirkan pembicara Kepala BKPM M. Lutfi dan Chief Editor The Jakarta Post Endy Bayuni yang dipandu Rosiana Silalahi.
M Lutfi berupaya memberi angin segar dengan penjelasan deskriptif menegani potensi investasi. Misalnya potensi di Kepulauan Riau, Belitung, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, dan Papua.
Praturan baru itu sudah selesai 90 persen. Tinggal menunggu dibuat Peraturan Presiden (PP) sehingga setiap daerah bisa segera melakukan sinergitas kebijakan baru untuk investasi.
"Pelayanan terpadu satu pintu itu berkaitan dengan berapa lama prosesnya, Apa syaratnya, dan berapa ongkosnya. Kita coba reformasi pembuatan izin investasi hanya dengan 23 hari saja," kata M Lutfi.
Sementara Endy Bayuni mengatakan bahwa realitas yang ada sekarang masih banyak masalah di wilayah perizinan. Endy Bayuni mengatakan bahwa saat ini yang diperlukan adalah pandangan positif tentang masa depan bangsa.
Sikap positif itu bisa membuat investor lebih percaya dengan Indonesia. "Paling tidak, lima tahun ke depan investasi di bidang energi dan agro masih baguslah," kata Endy Bayuni. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)

Selasar Weekend Cinema: Pemutaran Film 9808 (Antologi 10 Tahun Reformasi)

Review:
"Melawan Lupa" Sejumlah pekerja film dari beragam latar belakang (dokumenter, feature, film pendek), musisi dan pekerja seni lainnya bergabung secara swadaya untuk memperingati satu dekade reformasi (1998-2008) dengan membuat sejumlah film pendek yang dilatarbelakangi oleh peristiwa Mei ‘98. Setiap satu kelompok pemutaran diikuti dengan 1 (satu) kali diskusi. Proyek ini ditujukan sebagai upaya membuka dialog terutama dengan kalangan muda (pelajar/mahasiswa, umum) mengenai penolakan untuk melupakan sejarah serta pemberdayaan masyarakat untuk menyampaikan sesuatu (dalam hal ini melalui medium audio visual).
"We Shall Not Forget" A group of filmmakers from various background, visual artists, musicians, and other creative/arts workers collaborate to honor a decade of Indonesian Reform era (1998-2008) by preparing 10 self funded short films inspired by May'98 events. This project is expected to initiate a dialogue within the public, especially among the students in an attempt to empower the public to address issues and to say something through audio-visual-media.
Another Film: 1. Di mana Saya? Where was I ? [Anggun Priambodo 2008 10:39] 2. Sugiharti Halim [Ariani Darmawan 200 8 09:52] 3. Trip To The Wound [Edwin 2007 06:42] 4. Bertemu Jen/Meet Jen [Hafiz 2008 16:39] 5. Huan Chen Guang /Happiness Morning Light [Ifa Isfansyah 2008 15:00] 6. A Letter of Unprotected Memories [Lucky Kuswandi 2008 09:37] 7. Kemarin/Yesterday [Otty Widasari 2008 13:02] 8. Yang Belum Usai / The Unfinished One [Ucu Agustin 2008 09:26] 9. Sekolah Kami, Hidup Kami / Our School, Our Lives [Steven Pillar Setiabudi 2008 11:45] 10. Kucing 9808, Catatan Seorang (Mantan) Demonstran/ Chronicles of a (former) Demonstrator [Wisnu Suryapratama 2008 11:04]
Venue: Selasar Sunaryo Art Space Jl. Bukit Pakar Timur 100 Sabtu, 28 Juni 2008, Pk.19:00 Minggu, 29 Juni 2008, Pk. 13:00 Diskusi (Moderator Heru Hikayat): Minggu 29 Juni 2008, Pk. 15:00

Thursday, June 19, 2008

Kapolda Jabar Priorotaskan Ungkap Kasus Pajak

Kapolda Jabar Irjen.Pol. Susno Duadji mengganti setrategi dan taktik untuk mengungkap kasus moneyloundry atau cuci uang pajak terbesar yang dilakukan oleh PT Fisrt Media Tbk. dengan tersangka YH, HMD dan MD.

Setelah melakukan koordinasi dengan personil KPK yang datang ke Mapolda Jabar, Senin (16/6) siang tadi, Susno Duadji menyatakan kepada KPK bahwa hambatan yang dialami Polda Jabar dalam menyelesaikan kasus penggelapan pajak perusahaan tersebut adalah faktor bukti berupa dokumen yang tidak tersentuh oleh kepolisian, karena di luar kewenangan kepolisian untuk mendapatkan dokumen tersebut agar dijadikan bukti penguat selain keterangan saksi.

Setiap tahun dilakukan pemeriksaan soal pajak itu, kata Susno Duadji, tetapi anehnya tidak terungkap kasus penggelapan pajaknya. Hingga saat ini Polda Jabar masih memprosesnya dengan pasal cuci uang, namun tidak menutup kemungkinan berkembang menjadi kasus tindak pidana korupsi.

"Itu kan soal penyalahgunaan wewenang di dalamnya. KPK bisa saja mengembangkan kasus tersebut menjadi kasus korupsi. KPK punya kewenangan lebih daripada kepolisian," ujar Susno Duadji di Mapolda Jabar, usai bertemu dengan staf KPK di kantornya, Senin (16/6) siang.

Susno juga mengatakan bahwa surat permohonan dokumen pajak itu sudah disampaikan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan kabarnya Ibu Menteri mendukung kasus itu diselesaikan. Akan tetapi, menurut Susno Duadji, sampai saat ini belum ada tindak lanjut yang jelas mengenai surat permohonan dokumen perpajakan tersebut.

"Mungkin terlalu mendukung jadi tidak jelas. Izin dokumen itu di luar wewenang saya," pungkas Susno Duadji.

Selain kasus penggelapan pajak PT First Media Tbk. Susno juga mengatakan bahwa kasus lain seperti korupsi di Garut yang melibatkan pejabat daerah sedang diolah bersama antara KPK dan Polda Jabar.

"Kasus di Garut itu bisa beranak karena Bupati, Wakil Bupati, Setda dan pejabat lainnya terlibat kasus korupsi anggaran pembangunan yang pembangunannya tidak ada," tukas Susno Duadji kepada wartawan.

Sementara kasus PT Telkom Tbk. jajaran Polda Jabar dan KPK sudah berkoordinasi untuk memisahkan kasus korupsi dan kasus telekomunikasinya. Kapolda Jabar sudah mendapat arahan untuk pengembangan kasus pidana PT Telkom Tbk. sehingga dapat segera ditindak lanjuti oleh pihak kejaksaan.

Hingga saat ini Polda jabar masih memprioritaskan kasus penggelapan pajak karena jelas-jelas merugikan uang negara dalam jumlah besar. (Argus Firmansah/Bandung)

Saturday, June 14, 2008

Mendagri Lantik Gubernur Jawa Barat

Pasangan Ahmad Heryawan dan Yusuf Macan Efendi, pada Jumat (13/6) telah dilantik oleh Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto menjadi Gubernur Jawa Barat Priode 2008-2013 berdasarkan Keputusan Presiden No. 41/p, 2008 tertanggal 27 Mei 2008.

Pelantikan yang berlangsung dalam rapat paripurna DPRD Jabar di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat ini, sekaligus memberhentikan Danny Setiawan dan Nu‘ man Abdul Hakim sebagai gubernur dan wakil gubernur priode sebelumnya.

Nampak yang hadir saat pelantikan, Ketua MPR RI, Meneg PPN/Bappenas, Ketua DPD Ginanjar Kartasasmita, Presiden PKS Tifatul Sembiring, Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir, Adang Dardjatun, Gubernur Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, dan Lampung.. Hadir juga sebagian besar para bupati dan wakil bupati se-Jabar dan Wakil Bupati Tangerang, Rano Karno.

Pimpinan sidang, H.A. M. Ruslan mengatakan bahwa visi dan misi gubernur dan wagub Jabar terpilih sudah menjadi dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) daerah provinsi Jabar.

“Masyarakat Jawa Barat menyimpan harapan besar kepada gubernur dan wagub Jabar terpilih. Setelah dilantik Ahmad Heryawan dan Yusuf Macan Efendi bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat jawa barat serta pembangunan di Jawa Barat. ,” kata H.A.M Ruslan.

Usai acara pengambilan sumpah jabatan dan pelantikan, Menteri Dalam Negeri RI Mardiyanto mengatakan, demokrasi yang sehat di Jawa Barat ini perlu didukung oleh semua masyarakat Jawa Barat.

Demikian halnya dengan para bupati dan walikota di daerah Jawa Barat harus mendukung program-program pemimpin Jawa Barat yang baru, agar tidak terkesan berjalan sendirian. Menjalankan amanah masyarakat untuk menciptakan satu kesejukan. Yaitu, kesejahteraan dan kemakmuran Jawa Barat.

“Transparansi dan akuntabilitas. Serta efektifitas penggunaan anggaran belanja daerah dengan pengawasan yang seksama harus dilakukan gubernur dan wakil gubernur yang baru untuk memprioritaskan program pengentasan kemiskinan di Jawa Barat,” pinta Mardiyanto.

Mardiyanto juga mengatakan bahwa hingga saat ini Indonesia telah menyelenggarakan 375 pilkada setingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebanyak 5 persen di antaranya bermasalah. "Maluku Utara hendaknya belajar dari Pilkada Jabar." Katanya.

Sementara itu, Wakil Walikota Tangerang, Rano Karno yang dimintai komentarnya mengatakan, trend public figure jadi politisi, sudah menjadi sistem politik yang baru. Hal itu terbukti dengan kemenangan Dede Yusuf sebagai wakil gubernur Jabar yang baru.

“Saya yakin Gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat yang baru ini punya strategi sendiri untuk merealisasikan program itu,” ujar Rano Karno.

H Ahmad Heryawan - H Dede Yusuf menjadi Gubernur/ Wakil Gubernur Jawa Barat setelah memenangkan Pilkada Jawa Barat yang berlangsung 13 April 2008 lalu. Pasangan ini mengungguli dua pasang kandidat lainnya, yakni H Danny Setiawan - H Iwan Ridwan Sulanjana H Agum Gumelar - H Nu`man Abdul Hakim. Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)

Gubernur Jawa Barat Dilantik

Pasangan Ahmad Heryawan dan Yusuf Macan Effendi (Dede Yusuf) akan diambil sumpah jabatan dan dilantik oleh Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat terpilih untuk periode 2008-2013, pada hari ini, Jumat (13/6) di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung.

Kabag Humas dan Protokol Setda Jawa Barat, Eddi S. Holil kepada Jurnal Nasional mengatakan, seluruh persiapan teknis termasuk anggaran yang maksimal mencapai Rp100 juta rupiah, sudah selesai 90 persen.

Pelantikan itu berdasarkan Keputusan Presiden No 41/P tahun 2008 dan Radiogram keputusan Mendagri No. 080/1567/SJ mengenai agenda DPRD Provinsi Jabar untuk melaksanakan rapat paripurna pengambilan sumpah jabatan dan pelantikan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat terpilih untuk periode 2008-2013.

“Acara rapat paripurna pengambilan sumpah jabatan dan pelantikan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat terpilih untuk periode 2008-2013 sudah siap dilakukan. Semua masalah teknis sudah diselesaikan,” kata Eddi S. Holil di Gedung Merdeka, jalan Asia Afrika, Bandung, Kamis (12/6) siang.

Jumlah tamu undangan yang hadir sebanyak 1.500 orang, dan akan mendapat pengamanan cukup ketat dari aparat kepolisian setingkat Polda Jawa Barat, Polwiltabes Kota Bandung, dan Polres terkait.

Kasubdin Humas Polda Jabar Kombes. Pol. Dade Ahmad mengatakan, pengamanan acara pengambilan sumpah jabatan dan pelantikan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat terpilih untuk periode 2008-2013 sudah dikoordinasikan dengan jajaran terkait untuk menjaga suasana tetap aman untuk kelancaran acara tersebut.

“Kami sudah melakukan koordinasi dengan semua pihak agar menjaga situasi dan kondisi tetap aman dan kondusif untuk menjaga citra Pilkada Jawa Barat sebagai bentuk demokrasi yang paling tertib dan aman di seluruh Indonesia,” kata Dade Ahmad.

Pasangan H Ahmad Heryawan dan H Yusuf Macan Effendi (Hade) yang diusung PKS dan PAN pada Pilkada Jabar April 2008 lalu, mengalahkan dua kandidatnya. Masing-masing, pasangan Danny Setiawan - Iwan Sulanjana yang diusung Partai Golkar dan Partai Demokrat. Dan pasangan Agum Gumelar - Nu`man A Hakim yang diusung koalisi tujuh partai antara lain oleh PDIP, PPP, PKB, dan Partai Bulan Bintang. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)

Tindak Pidana Pembajakan Software Menurun

Kasus pelanggaran hak cipta piranti lunak atau software bajakan di Indonesia pada 2007 mengalami penurunan yang signifikan. Pada 2006, kasus software bajakan yang ditangani Kepolisian RI sebanyak 1.443 kasus, tapi pada 2007 turun drastis menjadi 598 kasus. Meski demikian kepolisian masih menilai bahwa tindak pidana di urutan pertama di Indonesia adalah pembajakan software.

Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskim) Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Paulus Purwoko, MDA, mengatakan penurunan itu itu tidak lepas dari gencarnya upaya aparat Kepolisian dalam mengawasi dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran software. Itu dikatakannya usai jumpa pers “Pelatihan Penanganan Tindak Pidana Hak Cipta Software oleh End-User” di Galeri Ciumbuleuit Apartement, Jalan Ciumbuleuit Bandung, Kamis (12/6) pagi.

Program “Pelatihan Penanganan Tindak Pidana Hak Cipta Software oleh End-User” dilaksanakan oleh aparat penegak hukum se-Indonesia - dengan BSA (Bussnies Saftware Alliance) Indonesia bagi 120 orang anggota kepolisian, Jaksa, dan PPNS se-Indonesia di Bandung mulai 12 –13 Juni 2008 di Hotel Ciumbuleuit Bandung.

“Pembarantasan terhadap pelanggaran hak kekayaan intelektual memang menjadi fokus pemerintah dan aparat penegak hukum saat ini,” kata Paulus di Galeri Ciumbuleuit Apartement, Jalan Ciumbuleuit Bandung, Kamis (12/6) pagi.

Kepala Unit I Indag Direktorat II Eksus Bareskrim Mabes Polri, Komisaris Besar Polisi Rycko Amelza Dhaniel, menambahkan pada 2007, Kepolisian berhasil menangkap 12 tersangka pengguna software bajakan untuk pabrikan, 61 orang duplikator, dan 668 pedagang. tiga bulan terakhir ini jumlah tersangka pelanggaran piranti lunak yang berhasil dijaring baru 16 orang duplikator dan 36 pedagang.

”Wilayah yang paling banyak kasus pelanggaran hak cipta ini ada di daerah DKI Jakarta dan Jawa Timur,” kata Rycko.

Paulus juga menjelaskan, belakangan ini telah terjadi perubahan modus operandi penggandaan software bajakan dari sebelumnya dilakuan secara pabrikan menjadi industri rumahan (home industry) dengan menggunakan cakram atau cd burning. Hal ini, kata Paulus, membuat pengawasan menjadi semakin sulit.

Prosedur penanganan tindak pidana software, kata Paulus, sampai saat ini baru dibentuk hingga tingkat Kepolisian Daerah (Polda). Struktur di bawahnya belum dibentuk, kecuali untuk kota-kota besar. Namun fungsi pengawasan tersebut tetap melekat pada tingkat Polres dan Polsek untuk efektifitas pengawasan dan penindakan.

Selain melakukan pelatihan terhadap aparat penegak hukum, kata Paulus, pemberantasan software bajakan juga harus dilakukan dengan memperketat pengawasan terhadap masuknya barang-barang untuk memproduksi software bajakan, seperti pengawasan di bandar udara.

”Untuk itu kerjasama yang baik dengan dinas bea dan cukai penting akrena itu adalah tugasnya,” ujar Paulus.

Paulus menegaskan, kepolisian tidak melakukan razia terhadap perseorangan. Sebab prioritas pemberantasan software bajakan adalah corporate end user piracy, yaitu perusahaan yang melakukan pembajakan untuk kepentingan komersial.

Karena itu, kata paulus, bila ada razia software bajakan yang mengaku dari Kepolisian ke rumah-rumah atau tempat-tempat umum, masyarakat dihimbau untuk minta aparat btersebut memperlihatkan identitas dan surat tugasnya.

Bantahan serupa juga disampaikan Kepala Perwakilan BSA (Bussnies Saftware Alliance) Indonesia Donny A.Sheyoputra, bahwa anggota BSA tidak ada yang terlibat dalam razia itu. ”Fokus kami tetap kepada perusahaan yang melakukan pembajakan untuk kepentingan komersil,” ujarnya.

“Ternyata pembajakan software di tiga negara yang sebelumnya tidak tersurvei itu justru lebih buruk dari Indonesia,” tambah Donny.

Berdasarkan laporan tahunan BSA dan International Data Center (IDC) pada 2005 menyebutkan bahwa 87% software yang diinstal dalam komputer yang beredar di Indonesia pada tahun 2004 adalah software bajakan. Namun berkat adanya upaya hukum terhadap para pembajak, angka ini turun menjadi 85% pada tahun 2006.

”Nilai kerugian akibat peredaran software ilegal itu mencapai US$350 juta atau sekitar Rp 3,2 triliun,” kata Donny.

Penggunaan software bajakan dipastikan merugikan negara karena para pembajak tidak membayar pajak. Di pihak lain, pembajakan sangat merugikan industri software karena tidak bisa bersaing dengan software bajakan yang hampir tak mengeluarkan biaya. Keadaan ini akan membuat daya saing industri software semakin lemah dan membuat calon investor tidak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.

”Polisi tidak pernah melakukan razia terhadap perseorangan, seperti di bandara. Hukum ditegakkan sebagai bentuk rekayasa sosial untuk mengubah perilaku masyarakat yang malas dengan membajak karya cipta negara lain,” ujar Paulus di akhir jumpa pers di Galeri Ciumbuleuit Apartement, Jalan Ciumbuleuit Bandung, Kamis (12/6) pagi. (Argus Firmansah/Bandung)

Wednesday, June 11, 2008

Kapolda Jabar Bertekad Bersihkan Jawa Barat

Jawa Barat memiliki banyak permasalahan yang tersembunyi dan tuntas dengan tidak ada kejelasan. Kondisi itu membuat Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Barat Irjen. Pol. Susno Duadji bertindak tegas terhadap siapapun tanpa pandang bulu demi menegakkan hukum.

Tugas kepolisian adalah melayani dan melindungi masyarakat. Polisi, kata Susno Duadji, harus memihak rakyat kecil. Tugas kepolisian perlu didukung pula oleh berbagai pihak di instansi pemerintah termasuk masyarakat sendiri dalam upaya membenahi Jawa Barat dari segi hukum.

Sesepuh dan tokoh Jawa Barat berdialog dengan Kapolda Jabar, Selasa (10/6) pagi, untuk membincangkan pembenahan Jawa Barat ke depan. Pertemuan yang bertajuk Silahturahmi Tokoh dan Sesepuh Jabar dengan Kapolda Jabar itu dihadiri oleh mantan Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana dan tokoh-tokoh lain dari berbagai golongan.

Polda Jabar selama kepemimpinan Irjen. Pol. Susno Duadji bekerja keras membersihkan Jawa Barat dari berbagai masalah seperti pungutan liar, kriminalitas, korupsi, pembalakan liar dan memerangi geng motor untuk menjadikan Jawa Barat sebagai daerah teraman dan kondusif.

Masalah pajak di Jawa Barat menurut Kapolda Jabar hampir 90% terjadi kebocoran. Untuk mengungkap kasus itu Kapolda Jabar sudah berkoordinasi dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan harapan pajak di Jawa Barat bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Juga kasus penimbunan pupuk bersubsidi yang dibeli oleh seseorang yang tidak memiliki tanaman. Polda Jabar sudah menyita ratusan ton sampai hari ini.

Pungli ya korupsi harus dihukum. Bila ada anggota kepolisian di Jawa Barat yang korupsi saya copot hari itu juga. Dan proses hukum penanganan kasus paling lama enam bulan agar ada kepastian penyelesaiannya.

Jabar dikenal daerah yang agamis, maka Polda Jabar memerangi miras sampai bersih. Polda Jabar sudah menyita 1.600 botol miras saat ini. Minuman keras di lingkungan Polsek akan menjerumuskan Kapolseknya karena artinya ada setoran ke Kapolsek tersebut.

Susno Duadji menghimbau kepada masayarakat Jawa Barat agar bersikap tegas terhadap ketidakadilan. “Jangan takut melawan ketidakadilan,” ujar Susno Duadji didampingi Solihin GP.

Bandung banyak pengusaha di bidang industri yang memiliki surat Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) tetapi banyak juga pencemaran yang merusak lingkungan. Dan yang bertanggungjawab terhadap masalah itu adalah instansi yang terkait.

Di Jawa Barat mempunyai kekayaan bumi yang melimpah akan tetapi banyak pengusaha yang memanfaatkannya secara liar, untuk itu Polda Jabar akan bertindak tegas untuk membersihkan Jawa Barat terhadap pelanggaran undang-undang.

Usai pemaparan dan diskusi interaktif anatara Kapolda Jabar dengan tokoh dan sesepuh Jawa Barat, Solihin GP, sesepuh Jawa Barat, mengatakan bahwa sesepuh atau tokoh Jawa Barat jangan hanya diam saja dengan melihat dan menggerutu, tapi harus berperan aktif dalam membenahi Jawa Barat ke depan.

Ia juga mengatakan dukungannya kepada Susno Duadji agar tetap menjadi Kapolda Jabar, atau menjadi Kapolri karena kinerjanya yang baik sampai saat ini.

“Kita harus ikut aktif membenahi semua masalah diu Jawa Barat,” kata Solihin GP dalam acara Silahturahmi Tokoh dan Sesepuh Jabar dengan Kapolda Jawa Barat di restoran d’Palm, jalan Lombok, Bandung, Selasa (10/6) pagi. (Argus Firmansah/Bandung)