Thursday, July 17, 2008

Pemasaran Industri Kreatif Bambu Harus Dibenahi

Indonesia memiliki 7000 jenis bambu yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi ekonomi kerakyatan dengan mengembangkan kreatifitas masyarakat lokal melalui kreasi produk yang dapat dikonsumsi oleh pasar dunia.

Saat ini, bambu sudah dikembangkan secara ekonomi oleh Saung Angklung Udjo dengan menggelar pertunjukan musik bambu, yaitu musik angklung. Selain berdampak ekonomi yang positif, bambu juga dikembangkan melalui alat musik yang berfungsi ganda, yaitu seni pertunjukan dan sarana pendidikan musik.

Program wisata budaya yang dikembangkan Saung Angklung Udjo di Bandung sudah memberikan sumbangan devisa kepada negara yang cukup signifikan. Tidak hanya itu, seni pertunjukan angklung juga memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar dengan pembinaan menjadi sentra industri angklung guna memenuhi kebutuhan pasar alat musik angklung dengan perputaran uang senilai 10 miliar rupiah per tahun.

Konsep community development yang dikembangkan dalam industri kreatif bambu itu sekarang sudah bisa menghidupi 200 keluarga dan 121 pengrajin bambu yang aktif se-Jawa Barat.

Meski demikian pola pembinaan industri kreatif berbasis ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan komoditas bambu perlu diperbaiki untuk pencitraan internasional bahwa komoditas bambu adalah kekayaan sekaligus kearifan lokal yang bernilai ekonomis.

Komoditas bambu berpotensi tinggi secara ekonomi dengan kemasan pertunjukan musik angklung. Untuk meluaskan pasar komoditas yang dikreasi melalui bambu maka Saung Angklung Udjo akan menggelar Workshop dan Temu Pasar Kerajinan Bambu pada tanggal 5-29 Agustus 2008 di Saung Angklung Udjo, Bandung.

”Bambu sangat potensial menjadi basis ekonomi kerakyatan dengan mengembangkan industri kreatifnya yang saat ini memiliki permintaan pasar yang sangat besar,” kata SatriaYanuar Akbar, Operational Director Saung Angklung Udjo, di Bandung, Kamis (17/7) pagi.

Kenaikan nilai ekonomi dan investasi pada tahun 2006-2007 tercatat sebuah peningkatan 92% atau 3 miliar rupiah untuk memenuhi sebagian besar pasar komoditas di Korea, Jepang, dan Malaysia. Sementara itu pada semester pertama tahun 2008 tercatat nilai perputaran uang sebesar 10 miliar rupiah di kawasan kecamatan Padasuka, Bandung.

Satria lebih lanjut mengatakan bahwa investasi itu berlangsung dengan konsep community development sehingga terbangun ketergantungan secara bersama karena satu sama lain saling menghidupi. Misalnya, produksi petani bambu disalurkan kepada pengrajin pada beberapa unit kerja, antara lain produksi angklung, pemasaran dan after selling.

Agus Muharam dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan - Deperindag RI, mengatakan saat ini perlu dikembangkan konsep one village one product.

”Konsep itulah yang kini sedang berjalan di bawah pengelolaan industri kreatif bambu Saung Angklung Udjo,” pungkas Satria Yanuar Akbar.

Dengan demikian, perlu sinergitas semua pihak untuk memberikan dorongan positif terhadap investasi industri kreatif. Sehingga sentimen nasionalisme dan kearifan lokal yang mendorong peningkatan permintaan pasar melebihi 10 miliar rupiah per tahun dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Ditargetkan masyarakat dapat terlibat secara ekonomi untuk kesejahteraannya. Petani yang sudah aktif mendorong industri bambu ini antara lain Sumedang, Suakbumi, dan Majalengka.

Program Workshop dan Temu Pasar Kerajinan Bambu pada tanggal 5-29 Agustus 2008 di Saung Angklung Udjo Bandung nanti akan menghadirkan 93 buyer potensial, 5 universitas se-Jawa Barat untuk menopang manajemen kemasan produk, serta melibatkan 10 kelompok industri kreatif binaan.

Melalui strategi pewacanaan itu diharapkan masyarakat Jawa Barat dapat terlibat guna memenuhi kebutuhan produk bambu yang saat ini mencapai 19.000 unit per bulan, padahal kemampuan para pelaku industri baru mencapai 6000 unit per bulan. (Argus Firmansah/Bandung)

No comments: