Hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jawa Barat (Jabar) hingga Selasa (15/4) pukul 18.00 WIB menunjukkan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (Hade) masih menduduki urutan teratas dengan perolehan 2.088.898 suara (39,46%). Urutan kedua ditempati Agum Gumelar-Nu`man Abdul Hakim (Aman) memperoleh 1.822.989 suara (34,43%) dan urutan ketiga pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana (Da`I) memperoleh 1.382.152 suara (26,11%).
Ketua KPU Jabar, Setia Permana, kembali mengimbau kepada semua masyarakat agar tidak perlu terpancing dengan isu-isu perolehan suara dari quick-count (penghitungan cepat), karena penghitungan suara yang sah hanya ditetapkan oleh KPU Jabar.
Dia juga mengingatkan kepada pasangan yang "merasa menang" melalui pengitungan cepat agar bisa menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas perayaan sebagai wujud toleransi kepada pasangan lain. "Bila opini ini dibiarkan nanti masyarakat bingung siapa yang sebenarnya berwenang menentukan hasil suara," kata Setia di Kantor KPU Jabar, Selasa (15/4).
Di Depok, sebanyak 54 persen dari total 957.732 pemilih tidak memberikan suaranya dalam Pilkada Jabar, Minggu (15/4) lalu. "Dari 957.732 daftar pemilih tetap hanya 46 persen warga yang menggunaan hak pilihnya," kata Anggota komisi C DPRD Depok Rintisyanto. Sekretaris Komisi A DPRD Depok, Qurtifa Wijaya mengatakan banyaknya pemilih golput di Depok karena kurangnya sosiaisasi KPUD setempat.
Kemenangan Strategi
Uang yang besar atau partai politik yang besar bukan segala-galanya dalam penentuan kemenangan suara di pemilihan langsung Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar). Hal ini dikatakan oleh Dr. Asep Warlan Yusuf, pakar hukum Universitas Parahyangan sekaligus pengamat politik kepada Jurnal Nasional, Selasa (15/4) sore. Analisa ini menanggapi kemenangan sementara pasangan Heryawan-Dede terhadap pasangan lain yang didukung oleh partai politik besar dan dana suksesi yang besar juga.
Asep mengamati kekalahan Danny-Iwan disebabkan oleh beberapa aspek. Pertama, koalisi partai politik pengusung pasangan Danny-Iwan dinilai gagal.
Kegagalan mesin politik partai besar terjadi karena berganti-gantinya figur sehingga membingungkan konstituen, simpatisan dan terlebih masyarakat. Kedua mesin politik partai politik yang dominan tidak bekerja dengan maksimal.
Dia menilai karena "serangan fajar" yang ditunggu-tunggu di beberapa daerah tidak datang, maka masyarakat tersebut memilih Hade sebagai figur yang baru. Dengan harapan pemimpin baru dapat memberikan harapan baru dan perubahan," katanya.
Pengamatan Asep Warlan didukung Sekretaris Umum DPW PKS, Yudi Muliana Adia. Dia mengatakan kemenangan Heryawan-Dede merupakan keberhasilan strategi gerilya dan direct selling di seluruh kabupaten kota.
"Kondisi masyarakat dewasa ini yang kurang sejahtera dengan sejumlah harga bahan pokok yang mahal serta pengangguran menjadi momentum yang tepat bagi Hade untuk memikat para pemilih. Hal lain karena tema harapan baru pas untuk masyarakat saat ini," kata Yudi Muliana Adia di Sukabumi kepada Jurnal Nasional, Selasa (15/4) sore.
Yudi juga menyatakan dominasi perolehan suara sementara berasal dari kabupaten Bekasi 59%, kabupaten Depok 57%, dan kota Bogor sebesar 52%. Kabupaten Indramayu dan kota Banjar hanya memperoleh kurang lebih 20% suara karena pemimpin daerahnya seorang birokrat yang mendukung pasangan Danny-Iwan. (Argus Firmansah/Fauzan Hilal/Jurnal Nasional)
No comments:
Post a Comment