Thursday, May 1, 2008

Pencegahan Flu Burung Di Jabar Ditingkatkan

Penanganan virus flu burung dan pencegahan serta pengobatan masyarakat yang terkena suspect virus tersebut terus dilakukan lebih intensif di Jawa Barat. Masalah itu dibahas secara intens dalam diskusi interaktif bertajuk “Intensifkan Pengendalian Avian Influenza (Flu Burung) di Jabar” di ruang Gracia 1, Galeri Ciumbuleuit Apartement, Jalan Ciumbuleuit Bandung, Selasa (29/4) sore.

Kenyataan itu diungkapkan penentu kebijakan tingkat provinsi Jabar, sekaligus mencari solusi untuk lebih mengintensifkan pencegahan dan penanganan pandemi tersebut. Bahwa hingga saat ini memang terjadi kurang koordinasi antara pelaksana teknis di kabupaten dan kota di Jawa Barat dengan pemerintah provinsi Jawa Barat yang berimplikasi pada kurang tepatnya prosedur penanganan virus flu burung serta penanganan pasiennya.

Hal itu diungkapkan oleh Musny Suatmodjo, Direktur Kesehatan Hewan, Dirjen Peternakan, Departemen Pertanian RI, didampingi Rachmat Setiadi Kepala Dinas Peternakan prov Jabar, dihadiri pula oleh Sustiwa W. dari Dinas Kesehatan prov Jabar, serta Heru Setianto Komnas FPBI.

Pemerintah provinsi Jawa Barat melalui dinas-dinas terkait sedang meningkatkan standar prosedur pencegahan dan penanganan virus tersebut di lingkungan masyarakat di masing-masing kabupaten kota. Hal itu dilakukan terkait dengan adanya jenis virus yang tidak bisa dicegah dengan vaksin H5N1, H5N2 dan H5N9.

Namun demikian pemerintah masih terus melakukan penelitian terkait dengan temuan atau fakta baru, bahwa virus flu burung yang ditemukan kali pertama pada tahun 2003 kini telah bermutasi, yaitu jenis strain yang ada di daerah Purwakarta. Dikhawatirkan penyebarannya strain tersebut bisa menyebar ke daerah Subang, Jakarta, Sukabumi serta Bogor.

Virus jenis yang bermutasi ini menurut penelitian sementara hampir sama dengan strain manusia. Vaksin lain sedang diuji dengan strain baru. Menurut Musny Suatmodjo, untuk daerah-daerah tersebut di atas digunakan metodologi yang dapat mencegah unggas dan manusia tercemar strain dari luar daerah.

Dana untuk menangani flu burung dan pasien suspect-nya di Indonesia menggunakan dana APBN dan sumbangan negara donor yaitu Amerika Serikat senilai lebih dari 400 miliar rupiah.

“Penangangan vaksin harus disertai dengan pengandangan unggas,” kata Musny Suatmodjo di Galeri Ciumbuleuit Apartement, Jalan Ciumbuleuit Bandung, Selasa (29/4) sore.

Sementara itu pemerintah Jabar dibantu pemerintah pusat sudah mengalokasikan 43 juta dosis pada tahun 2008. Meski demikian Rachmat Setiadi menyayangkan pasrtisipasi dinas-dinas terkait yang menjadi pelaksana pencegahan dan penanganan flu burung masih rendah. Mereka dinilai kurang inisiatif, sementara prosedur yang baku dari pusat belum ada perubahan.

“Partisipasi dan respon di kabupaten dan kota masih kurang, ” kata Rachmat Setiadi di Galeri Ciumbuleuit Apartement, Jalan Ciumbuleuit Bandung, Selasa (29/4) sore. “Untuk sementara ini hanya daerah Ciamis yang tidak ditemukan laporan flu burung,” sambung Rachmat Setiadi. (Argus Firmansah/Bandung)

No comments: