Tuesday, February 26, 2008

Anak-Anak Harus Merasa Senang

Ratusan guru taman kanak-kanak dan taman bermain anak usia dini mengikuti sebuah seminar “Peran Ibu Modern dalam Membangun Pendidikan Anak Usia Dini” di Aula Pemkot Bandung oleh Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) Kota Bandung, Senin (25/2) pagi.
Seminar itu merupakan progarm integral dari Bandung Cerdas Expo 2008. Pembicara dalam seminar tersebut adalah Kakak Seto. Ia banyak berbicara tentang bagaimana merangsang kecerdasan anak sejak dini dengan pola yang disukai oleh anak-anak.
Generasi yang unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuk merangsang itu sehingga memungkinkan potensi mereka tumbuh dengan optimal.
Kak Seto menyampaikan materi kepada para guru dengan bahasa yang menyenangkan, ini dilakukan untuk merangsang para pendidik anak-anak usia dini agar mampu membimbing anak-anak dengan tepat.
Peran serta orang tua, guru atau pendidik, serta lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan oleh seorang anak agar dapat berkembang dengan baik. Seringkali orang tua menekankan anak-anaknya untuk menjadi sesuatu tanpa berdialog dengan sang anak, apa sebenarnya yang dia senangi.
Pemahaman ini penting menurut Kak Seto, karena memahami anak tidak bisa dengan cara memaksakan sesuatu atau memberi beban lebih kepada anak-anak.
Penting kiranya apabila anak-anak pulang dari sekolah tidak dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: ”Nakal Ngga Di Sekolah?” atau ”Pinter ngga di sekolah?” Pertanyaan yang tepat untuk anak yang baru pulang sekolah menurut Kak Seto adalah, ”Apakah kamu senang di sekolah?”
Sekolah di mana atau jenis sekolahnya apa itu tidak penting juga menurut Kak Seto. Sebab yang dibutuhkan oleh anak-anak usia dini adalah ruang dan waktu untuk mereka bermain sesuai dengan kesenangannya.
Sekolah atau les private juga diharapkan tidak membebani anak-anak dalam hal belajar atau memahami sesuatu.
”Hasil penelitian Komnas Anak Indonesia saat ini menunjukan bahwa 80% kekerasan terhadap anak-anak dilakukan oleh ibu kandungnya,” Ujar Kak Seto di hadapan peserta seminar.
Ia mengingatkan kepada para peserta seminar agar tidak melakukan pelarangan dengan kekerasan terhadap perilaku anak-anak. Hal ini perlu diperhatikan juga oleh para guru, karena selain sebagai pendidik ia adalah seorang ibu di lingkungan sekolah.
Kak Seto menyampaikan agar potensi anak-anak yang sedang mekar ini sinkron dengan lingkungannya, sehingga lingkungan yang kaya warna dan suara-suara yang mendorong kecerdasannya memungkinkan sang anak tumbuh menjadi pribadi unggul dengan kecerdasan yang beragam.
Marsiti, seorang guru Taman Kanak-Kanak Istiqomah, Cicaheum, Bandung, mengatakan bahwa seminar dan materi yang disampaikan oleh Kak Seto memberi pengetahuan lebih banyak tentang mendidik anak-anak usia dini.
”Materinya baik untuk pengetahuan saya sebagai guru sekaligus orang tua, jadi tahu bagaimana mendidik. Bagaimana memperlakukan anak untuk bermain dan belajar,” papar Marsiti (35 tahun).
Sementara itu, Oji Mahroji, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, mengatakan akan menyelenggrakan program pendukung untuk pendidikan anak di Bandung. ”Peningkatan sarana dan prasarana serta penunjang profesionalisme guru akan ditingkatkan,” ujar Oji Mahroji di Aula Pemkot Bandung. (Argus Firmansah/Jurnal Nasional/Bandung)

No comments: