Mendongkrak Citra Pelaku Teater di Bandung
Sebuah perbincangan yang dihadiri banyak lulusan Jurusan Teater STSI Bandung digelar oleh Jurusan Teater STSI Bandung yang bertajuk ”29 TAHUN JURUSAN TEATER STSI BANDUNG” di lobi GK Sunan Ambu, STSI Bandung pada Jumat (24/8) kemarin. Pembicara dalam obrolan sanati itu antara lain Herry Dim (perupa Bandung), Bambang Arayana (pengajar SMKI Bandung), R.N. Wasitaatmaja (alumnus Jurusan Teater STSI Bandung). Obrolan sore itu banyak mengungkapkan persoalan citra teater di Bandung dan pandangan publik secara nasional saat ini. Banyak kritik dan saran dari mahasiswa yang hadir dalam obrolan tersebut, termasuk juga masukan dari pengajar Jurusan Teater STSI Bandung, bahkan alumni Jurusan tersebut.
Persoalan yang krusial dalam obrolan tersebut cenderung berisi ungkapan rasa kekecewaan terhadap nasib pelaku teater di Bandung yang masih dianggap tidak sesuai dengan yang diharapkan. Antara lain menyoal peluang kerja profesi yang sesuai dengan pendidikan keahliannya.
Sementara itu Herry Dim memaparkan konsep bagaimana membangun citra pelaku teater di Bandung tidak hanya dikela oleh kalangan sendiri. Untuk itu dibutuhkan langkah strategis, yang antara lain menjadi public relation bagi kawan-kawan pelaku teater. Langkah sederhana ini seringkali tidak terpikirkan oleh pelaku teater itu sendiri. “Ketika bertemu dengan orang lain kita tidak membicarakan diri sendiri, tetapi membicarakan orang lain,” ujar Herry Dim. Sehingga dapat dikatakan setiap pelaku teater Bandung saling mempromosikan kawan senimannya.
Eksistensi pelaku teater Bandung perlu dikenal oleh orang lain di daerah luar Bandung. Herry Dim juga menyatakan bahwa citra pelaku teater Bandung memang tidak dikenal secara nasional. Oleh karena itu, R.N. Wasitaatmaja mengatakan perlunya membangun relasi di daerah lain. Relasi ini tentu saja akan menghasilkan aksesibilitas pelaku teater dari Bandung untuk bisa hidup mapan dan berkarya di daerah luar Bandung.
Bambang Arayana mengatakan pentingnya membangun karakter pelaku teater yang tidak hanya ahli sebagai seniman tetapi juga memiliki karakter kuat secara keilmuan. Untuk mencapai langkah itu memang dibutuhkan pembenahan kurikulum di Jurusan Teater STSI Bandung dan aspek lainnya.
Membaca Konteks Jaman
Dalam obrolan itu juga diungkap persoalan sikap pelaku teater Bandung, agar dalam proses membangun karakter dirinya tidak hanya sampai perbincangan teoritis saja. Akan tetapi aplikasi dari keilmuan yang dapat dilakukan secara nyata dan diketahui oleh masyarakat luas.
Paradigma lama pelaku teater yang mengenyam pendidikan seni teater di STSI Bandung sudah saatnya membuka diri dan bersosialisasi dengan elemen seni budaya lainnya, sehingga wawasan yang dimilikinya tidak sempit. Dengan keluasan cara pandang inilah diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran untuk membaca situasi jaman dan kebutuhan masyarakat, ketika membincangkan persoalan pemasaran seni teater Bandung. Para membicara menyepakati keadaan sekarang ini pada poelaku teater yang dianggap kurang militan dalam membangun dan mengembangkan dunia teater.
Selain itu dibincangkan pula bagaimana membangun relasi yang baik dengan media massa. Potensi sumber daya pelaku teater Bandung yang memilih dunia penulisan dan kritik dirasakan masih minim akses dan publisitas. Penulis repertoar pertunjukan teater dan kritik tidak terakomodir oleh media massa hanya karena persoalan aksesibilitas dengan perusahaan pers.
Namun demikian, ada hal yang terlupakan oleh pelaku teater Bandung. Yaitu budaya kritik dan menjalin hubungan dekat dengan insan pers. Dengan banyaknya peristiwa teater yang digelar di Bandung tetapi tidak terliput oleh media massa menyebabkan pelaku teater menganggap dirinya sudah cukup besar, hanya dengan ditonton oleh orang banyak. Seringkali pertunjukan-pertunjukan teater hanya menggunakan strategi publikasi dengan penyebaran foster atau pamflet. Padahal, sebuah acara kecil yang namanya “konferensi pers” sangat penting untuk menjalin hubungan baik dengan insan pers serta menanamkan kesadaran insan pers sebagai kawan dan bagian dari peristiwa teater tersebut.
Strategi Jitu Membangun Citra Teater Bandung
Diskusi pemasaran teater produk mahasiswa dan alumni STSI Bandung juga dibahas sebelum obrolan santai itu. Aendra Meditha dalam forum diskusi yang bertajuk “Public Relation”, sebagai pembicara, memaparkan pentingnya dibangun kemampuan sumber daya manusia yang memahami dan mampu membangun relasi dengan sumber-sumber kapital untuk membantu pembiayaan produksi sebuah teater.
Namun demikian Aendra lebih banyak membahas bagaimana menumbuhkan kesadaran untuk menguasai ilmu manajemen. Sense of management sangat membantu suksesnya sebuah produksi teater, baik secara manajerial maupun secara publisitas.
***
Begitu banyak persoalan dalam membangun, mengembangan, serta memelihara citra teater yang baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat seluas mungkin. Akan tetapi, para alumni Jurusan Teater STSI yang hadir dalam forum-forum itu memang sengaja diundah oleh lembaga untuk memberi masukan berupa pencerahan, baik mengelola ide kreatif maupun manajemennya.
Penyelenggaraan ulang tahun Jurusan Teater STSI Bandung yang ke-29 yang jatuh pada tanggal 26 Agustus ini akhirnya menjadi semacam kegiatan reuni antar angkatan. Alumni STSI Bandung yang sudah sukses berkecimpung di bidang broadcast hadir untuk memberi ilmu dan pengalamannya di dunia bisnis hiburannya kepada alumni lain, khususnya mahasiswa-mahasiswi Jurusan Teater STSI Bandung.
Kesempatan itu pun dimanfaatkan oleh sejumlah mahasiswa dan mahasiswi untuk menimba ilmu berharga itu. Mereka yang sudah lama bekerja di televisi swasta masih konsen terhadap adik-adik kelasnya dengan membagi pengalamannya di ibukota, Jakarta. (Argus Firmansah/wartawan lepas tinggal di Bandung)
No comments:
Post a Comment