Monday, October 1, 2007

Tajil Jazz: Ngabuburit di Sabuga Bandung

Ngabuburit dengan Jazz Bandung Eksplorasi pada komposisi musik yang tidak pernah berhenti membuat musik jazz menjadi musik yang selalu menarik untuk diapresiasi oleh masyarakat Bandung dan masyarakat jazz pada umumnya. Tajil Jazz menjadi sebuah ajang pertemuan para musisi jazz di Bandung untuk saling berapreasi dan unjuk kemampuan mengolah komposisi dan aransemen nada dasar. Improvisasi dari tiap musisi menjadi sajian hiburan menarik bagi penikmat musik jazz sambil menunggu buka puasa di Sabuga, Bandung........ Banyak musisi dan kelompok jazz asal Bandung yang sudah eksis di dunia jazz Indonesia. Mereka antara lain, Brew Ensemble, Discover, Klabklasik, Symbio, Fakta, The Statement, Lintas Jazz, Bandoeng Jazzy, Kanggep, Imam Pras Quartet, Amir Ishak Quartet, Imel and Friends, Tiwi Shakuhachi, Krisnan Mohamad, Aurum, Koalisi, Starlite, Bad Boy Blues, Trioscapes, Riza Arshad, dan Sri Aksana Sjuman, Oele Pattiselanno, Idang Rasyidi, Alfred Sugiri, dan lain-lain........ Jumat sore (28/9) di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, adalah momen religius sekaligus menghibur juga penting bagi musisi jazz untuk saling mengapresiasi kemampuan mengolah musik jazz masing. Di sana Komunitas Jazz Bandung dan komunitas Jendela ide menggelar acara “ngabuburit” atau kumpul bareng jelang buka puasa di Central Auditorium Hall, dengan menghadirkan kelompok dan musisi jazz asal Bandung dan debutan musisi jakarta sebagai additional playernya. Karinding Collaborative Project, Contra Indigo, 4Peniti, duet piano Andi Danial (The Statement) dan Zefanya Putra, serta penampilan The Statement dengan beberapa nomor lawas dari musisi jazz dunia........ Penikmat musik jazz Bandung tidak saja mengapresiasi musik jazz dari para musisi Bandung yang biasa membawakan nomor-nomor komposisi andalannya, tetapi mengapresiasi komposisi jazz dari kelompok musisi muda dan berbakat dengan talenta dana alat musik lokal atau tradisi. Mereka dengan alat musik yang dikuasainya mengolah nada dasar dengan cukup memukau dan patut dihargai sebagai upaya eksplorasi musikalitas musisinya........ Karinding Collaborative Project misalnya, yang terbentuk pada tahun 2006. Terdiri dari Aweng pada kendang. Bintang Manira, 15 tahun. Pernah berpartisipasi dalam workshop Mamadou Diabate (percussionist, Burkina Faso, Africa), Tomoko (composer, Tokyo, Japan), Trio Dingo (musician, Australia), Keiko Takeya (choreographer, Tokyo, Japan), Slamet Gundono-Wayang Suket, dll. Ada juga Jalu, 20 tahun, yang saat ini bergabung dengan Bad Boyz Blues & Elbe Jazz Big Band UPI. Bermain dalam Mystical Earth Jatiwangi, Sabuga Jazzfest For Freedom, dll. Kelompok ini dilengkapi oleh Tesla Manaf Effendi, 20 tahun. Saat ini memperdalam gitar jazz pada Venche. Kemudian Yudi Taruma di Swhara, 27 tahun. Dengan mayor kecapi, mempelajari beragam alat musik tradisional ini pernah bergabung dengan Zithermania (1999-2002) dengan sejumlah pertunjukan di Sabuga-Bandung, CCF Bandung, Rumah Nusantara, AACC, LIP Yogyakarta, Bali World Music, dll. Ia juga aktif adalam membuat komposisi untuk pertunjukan. Membuat komposisi untuk pertunjukan Artpro, Black Marcet, Teater Matahari........ Contra Indigo. Kelompok jazz yang terbentuk di KlabJazz Bandung ini berkeinginan memberikan warna baru dalam khazanah musik jazz Indonesia. Dengan personil Bubu pada vocal, Metta pada piano & synth, Fik Eka pada bass dan Bayou pada drum, mereka tampil mewarnai Pekan Jazz Preanger 2005, Para Jazz 1&2, Urban Sound of Jazz at La Piazza feat.Shelomita, Java Jazz on The Move di Paskal Hypersquare, Jazz Up The Night - Cellar Lounge, International Java Jazz Festival 2007, dll......... Contra Indigo mendapat sambutan cukup meriah dari penikmat jazz yang hadir di haal tersebut. Kelompok jazz yang mendapat binaan Imam Pras, dan diasah kemampuannya dalam KlabJazz Bandung ini mengaku sedang menggarap album sendiri. Ratna Dewi Anggraeni yang akrab dipanggil Bubu ini mengatakan, “Tahun ini sedang dalam proses pembuatan album Contra Indigo, tapi belum tahu kapan selesainya,” katanya usai tampil di panggung Tajil Jazz. Kelompok musisi jazz ini mengaku bahwa musik jazz lebih disukai dan pertemanan di KlabJazz mendorong mereka untuk gabung secara solid dan membuat Contra Indigo sejak mereka masih duduk di bangku kuliah. Kelompok dengan aliran punk-jazz dan fusion ini membawakan komposisi lagu yang berjudul “So What”, Have Good Time”, “Good Time Bad Time”, dan “Sweetes Taboo”, dengan penampilan yang santai dan akrab di pentas bersama penikmat dan penggemarnya........ KlabJazz adalah sebuah perkumpulan yang berkecimpung dalam usaha memasyarakatkan musik jazz melalui beragam kegiatan di Bandung. Sebuah tempat yang yang sekarang ini resmi dinamakan Common Room. Tumbuhnya Klab Jazz sebagai wadah bagi para pecinta musik dan musisi jazz Bandung merupakan angin segar, mengingat kota Bandung merupakan salah satu 'penghasil' musisi-musisi jazz kawakan tanah air....... Musisi Jazz Bandung melihat musik Gamelan, tari Topeng, musik klasik, wayang orang, waltz, tari Bali adalah warisan yang sah untuk mengeksplorasi musik dengan gagasan individu atau kelompok untuk memajukan dan memasyarakatkan musik jazz di kota Bandung, masyarakat jazz khususnya. Kegiatan Klabjazz antara lain: Jazzsphere Artspace (2004), Bandung Jazz Statement (2004), Konser Untuk Korban Tsunami (2005), Ganesha Jazz Event (2005), “D-JAZZ JUNCTION (2005)........ Taufik Eka, atau Fik Eka panggilan akrabnya mengungkapkan harapannya agar kesempatan yang lebih terbuka dapat diberikan kepada kelompok jazz baru, agar wacana dan musik jazznya terus berkembang. “Jazz sudah banyak perkembangan dengan pendekatan pada sound, dan lain-lain…intinya, jazz adalah musik apresiasi,” tambah Fik Eka........ 4Peniti, dengan latar belakang permainan musik di sejumlah cafe & pub di kota Bandung & Jakarta, 4 musisi muda Bandung yang terdiri dari Rudy pada bass, Zaki pada gitar & vokal, Ammy pada biola dan Ary pada drum membentuk sebuah band yang berirama kontemporer. Jam terbang yang cukup tinggi disertai pengalaman yang cukup di dapur rekaman sebagai additional musician, membuat permainan grup ini bisa dikategorikan sebagai grup band papan atas........ Sajian istimewa dalam Tajil Jazz ini adalah Duet Piano Andi Danial (The Statement) & Zefanya Putra, 13 Tahun, pad atahun 2004 prestasi Zefa telah terukir di Museum Rekor Indonesia (MURI), sebagai pianis termuda yang pernah menyelenggarakan konser tunggal klasik & jazz di Bandung. Lewat formasi Zefa & Uncles band, Zefa berhasil meraih Juara I dan dinobatkan sebagai The Best Keyboard Player dalam Kompetisi Jazz yang diadakan oleh Jazz Goes To Campus 2005. Zefa juga turut mewarnai beberapa pentas Internasional seperti International Java Jazz Festival 2005 & 2006, Bali Jazz Festival 2005, Jazz Goes To Campus 2005, Jak Jazz Festival 2006. selain sebagai jazz Icon, Zefa didaulat untuk main solo di Mosaic Music Festival Esplanade S'pore, Maret 2007........ The Statement, berdiri pada tahun 2004 dengan formasi: Sepsa Zulkaida pada drum. Menjadi the best drummer Yamaha Indonesia tahun 2006, juri pada Yamaha Indonesia 2007 serta mengajar di Gilang Ramadhan Music School. Dan Andi Danial pada piano. Meraih the best keyboardist pada Hang Tuah Jazz Event 1997. Hingga kini mengajar di Purwacaraka Music Studio. Hery Wijaya pada kontra bass. Merupakan additional bass player pada sejumlah rekaman. Aktif tampil bersama grup band F.A.K.T.A. Dalam performanya di Tajil Jazz ini The Statement menggunakan vokalis Lea sebagai addisional player dengan membawakan komposisi lagu “Warna”. The Statement membawakan komposisi “Green Dolphine State”, “Spain”, “Warna”, “Giant Step”, dll........ Seperti lazimnya permainan musik jazz tentu saja ada jam session dari masing-masing musisi. Pada nomor komposisi “Spain”, drummer Sepsa Zulkaida, menunjukan aksi hebohnya dengan permainan stick drum-nya mengolah bunyi dan beat yang selaras dengan komposisi nada serta tempo yang enak........ Dwi Cahya Yuniman, komunitas jazz Bandung, dalam sebuah event jazz di Bandung pada bulan Juli 2007 mengatakan, "Bagi musisi jazz Kota Bandung, yang saat ini semakin menampakkan talenta dan kepiawaiannya, juga merupakan sarana bermain sekaligus wahana untuk mencari bakat-bakat baru dalam musik jazz"........ Musik jazz di Bandung menurut pengamat musik jazz Bandung, Youngky, bukan musik baru karena dari kota Bandung inilah bnayaik musisi jazz lahir ke kancah jazz nasional maupun internasional........ Uniknya di Bandung, dengan kekayaan musik tardisional yang ada di Jawa Barat membuat musisi jazz Bandung dapat bereksplorasi lebih jauh. Jazz dan gamelan Sunda atau dengan kendang bukan hal yang mustahil untuk dikemas dalam sebuah komposisi jazz. Inilah yang antara lain dilakukan oleh Karinding Collaborative Project, mereka membuat komposisi jazz dengan alat musik dan nada dasar campuran antara kecapi, bass, gitar, perkusi, dan kendang. Mereka mambawakan komposisi yang berjudul Moksha, Before I sleep, dan Amorphati........ Zaelani, Jendela Ide, mengatakan bahwa musisi jazz itu sudah biasa angkat alat sendiri dan memainkannya sendiri. “Itulah kehidupan musisi jazz,” komentaranya. Setelah mengapresiasi komposisi yang dibawakan oleh Karinding CP itu, Zaelani juga mengatakan bahwa musik jazz sangat terbuka dengan segala kemungkinan eksplorasi musiknya. Sebuah gagasan musikalitas yang unik bisa diciptakan dan diolah dengan alat musik tradisional seperti Karinding, atau alat musik genggong kalau di Bali. “Karinding merupoakan perspektif baru terhadap jazz. Kita harus membuka kesempatan bagi musisi muda untuk berkolaborasi, karena siapa tahu ada musisi jazz besar yang mau main bersama musisi muda ini,” tambah Zaelani........ Andi Danial, The Statement, mengatakan bahwa “Musik dengan komposisi nada tradisi dalam dunia jazz masih dicari untuk dieksplorasi, seperti kelompok jazz Krakatau Band misalnya. Jadi sesuatu yang tradisional memang disukai oleh musisi jazz dunia, seperti halnya musisi Indonesia menyukai musik Barat........ Chico Hindarto, pengamat musik jazz, pernah menulis "Demokrasi Dalam Musik Jazz," dalam Wartajazz.com, bahwa jazz merupakan musik yang memperhatikan keseimbangan antara penampilan individu dan keutuhan kelompok. Musik jazz lebih menggunakan pola sebagai suatu bentuk kesepakatan kelompok yang dengan konsisten dilaksanakan secara bersama-sama. Musik jazz memberi kesempatan pada tiap individu untuk mengajukan pendapat tiap pribadi. Jadilah harmoni yang menjadi ciri khas musik jazz. Selain itu ekspresi individu atau improvisasi dalam komposisi jazz sangat dipengaruhi oleh kondisi pemain sehingga besar kemungkinan tiap kondisi membuahkan improvisasi yang berbeda-beda. Juga pengolahan notasi dasarnya........ Akar musik jazz berasal dari Work Song para budak kulit hitam - bukan kaum borjuis – musik jazz terus berkembang dan kini menyentuh sajian hiburan musik kalangan atas. Dalam sejarah musik jazz, pada jaman Swing musik jazz dijadikan pengiring dansa kaum ekonomi atas, namun selanjutnya musik jazz berkembang dari klab-klab kecil di pelosok NewYork, Chicago atau New Orleans. Dan selanjutnya musik jazz menjadi sarana hiburan dan apresiasi. Chiko Hindarto pernah menyatakan dalam Demokrasi Dalam Musik Jazz, bahwa musik jazz lebih tepat dikatakan musiknya kaum intelektual tinggi dan bukan kelas atas saja........ Perpaduan komposisi jenis musik dalam jazz bukan hal yang tabu karena di awal tahun 1960-an jazz dapat dikolaborasikan dengan musik bossanova atau samba asal Brazil. Atau dipadu dengan Art Rock di tahun 1970-an hingga menjadi fusion........ Harry Lim, salah seorang empu jazz Indonesia pada jaman jadul (jaman dahulu) yang lahir di Batavia, East Indies (sekarang: Jakarta, Indonesia) pada tanggal 23 Pebruari, 1919, lahir pada keluarga keturunan Tiong Hoa, yang diperkirakan berasal dari Jawa Tengah dan meninggal pada tanggal 26 Juli, 1991, di New York City, NY. Belajar di Batavia dan kemudian meneruskan studi di Belanda. Beliau mulai secara aktif menggauli Jazz di negeri Kincir Angin dan mulai menciptakan hubungan dengan banyak musisi Jazz Amerika yang sedang berkunjung ke Eropa. Beliau pindah ke Amerika Serikat di tahun 1939 dan mulai bekerja dengan label rekaman Keynote, sebagai produser, ditahun 1943 sampai 1946. Beliau menekankan perhatian kepada rekaman-rekaman grup kecil dengan tema Jazz klasik, yang mengutamakan peranan para pemain Swing terkemuka dan para tradisionalis. Musik-musik yang tercakupi dimulai dari Dixie sampai ke Bop walau tetap tema yang diutamakan adalah dari para musisi Swing........ Jazz di Bandung merupakan musik hiburan dan apresiasi terhadap dunia musik itu sendiri. Musik yang rata-rata digemari di kalangan mahasiswa ini terus mengalami perkembangan dan perubahan, dari komposisi alternatif hingga kolaborasi antara musik tradisi maupun jazz kontemporer. Namun demikian penikmat jazz di Bandung cukup puas dengan banyaknya komunitas dan kelompok jazz baru dengan eksplorasi masing-masing dan mampu berkompetisi secara kreatif di Bandung, Jakarta, maupun luar negeri. (Argus Firmansah/Kontributor lepas Mingguan KOKTAIL/Bandung).

No comments: