Monday, May 7, 2007
Jaya Suprana dan Kwartet Punakawan di CCF Bandung
Musik “Kelangenan” ala Jaya Suprana dan Kwartet Punakawan
Akhir pekan di kota Bandung diserbu wistawan domenstik dan mancanegara. Jalan-jalan di kota Bandung pun macet sejak sore hari. Penginapan kelas bintang hingga penginapan murah full house. Hebat kan…hehehehe…
Beragam acara berlangsung Sabtu malam kemaren di berbagai tempat strategis. Kedai-kedai di pinggir jalan Dago juga resto dan café atau restoran bernuansa “dapur” dipenuhi pengunjung anak-anak muda. Turis domestik punya banyak pilihan untuk melewatkan malam panjang, mau nongkrong bareng komunitasnya atau mengapresiasi pertunjukan musik di kampus Unpas Jalan Lengkong Besar, atau di depan Monumen Perjuangan Jawa Barat di Jalan Dipati Ukur, atau sajian musik Jaya Suprana dan Kwartet Punakawan di auditorium CCF Bandung, Jalan Purnawarman 42.
Lalu saya memilih pertunjukan musik “kelangenan” ala Jaya Suprana dan Kwartet Punakawan.
Jurnalis dan penggemar musik Jaya Suprana sudah berkumpul di auditorium CCF Bandung sekira pukul 19.30 waktu Bandung (5/5). Akan tetapi sang idola musik dari Museum Muri Indonesia belum juga datang di tempat. Jubing Kristianto sang gitaris yang berperan sebagai Petruk, Bassis Heru Kusnadi sebagai Bagong, perkusionis Junaedi Musliman sudah gelisah menunggu kehadiran Semarnya, Jaya Suprana. Panitia pun mulai cemas dengan telpon genggam di genggamannya, “Sudah sampai di mana Pak?”
Kemudian, setelah keterlambatan waktu akhirnya Semar pun datang dan langsung naik ke panggung lalu berorasi dengan teks perkenalan Kwartet Punakawan. Masing-masing tokoh memperkenalkan tone sesuai dengan alat musik yang dicintainya.
Musik-musik sinkretis –tone campuran tardisional dan modern- disajikan dengan apik dan intens oleh para punakwan. Di setiap instrumen yang disajikan Jawa Suprana sebagai Semar –pimpinan orkes instrumen- memberi keterangan historis perihal instrumen yang akan disajikan kepada apresiator. Tembang-tembang khas daerah di seluruh Nusantara digarap secara elaboratif oleh Kwartet Punakawan dan Jaya Suprana. Penggarapan instrument itu dikemas secara apik dengan tone-tone yang akrab dan bumbu kelangenan –menimbulkan kesan kocak.
Suasana santai dan lucu coba ditawarkan oleh orkes instrument yang dipimpin Jaya Suprana ini. Kelakar Jaya Suprana muncul dalam performa dentingan piano, yakni melalui interupsi gerakan tubuh atau interlude piano yang dipetiknya. Dalam sesi obrolan santai di atas panggung, Jaya Suprana memaparkan konsep musik yang diusung olehnya bersama Kwartet Punakawan malam itu. Apresian pun tertawa ketika Jaya Suprana menerangkan asal muasal instrumen yang akan disajikannya.
Jaya Suprana dan Kwartet Punakawan menawarkan sebuah hiburan melalui musik. Keberagaman tone yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia menjadi inspirasi dan gagasan kreatif dalam membuat kemasan musik hiburan kelangenan itu. “Kami berkomunikasi dengan musik,” ujar Jaya Suprana usai pergelaran musik instrumennya. (Bandung, 7 Mei 2007; Argus Firmansah)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment